QS. Ali Imran : 3 : "Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung. "
|
Selasa, 12 November 2013 pukul 18:00 WIB
Penulis : Radinal Mukhtar Harahap
"Alif Lam Mim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan "kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (QS. Al-'Ankabut : 1-2).
Dahulu, saya sama sekali tidak tahu bahwa ujian, pada dasarnya adalah bertujuan untuk menempa jati diri. Tepatnya ketika di usia 11 tahun, ketika saya ditinggal selama-lamanya oleh ibu kandung saya yang selama ini mendidik dan menyayangi saya dan ketiga saudara saya. Saya merasakan hidup ini begitu hampa tanpa sosok beliau. Begitu pula ketika tiga tahun berikutnya, ketika saya masih duduk di bangku kelas 2 pesantren Ar-Raudhatul Hasanah, ayah saya pun menyusul ibu. Hidup begitu hampa. Tidak ada lagi tempat mengadu sebagaimana teman-teman saya yang masih mempunyai dua orangtua.
Namun, lambat laun, kesedihan akan kepergian dua orangtua saya semakin berkurang. Saya dapat memahami bahwa Tuhan, dalam hal ini Allah, tidak akan pernah main-main dalam mendidik hamba-Nya untuk menuju jalan kesuksesan; atau dalam bahasa agamanya untuk memperkuat keimanannya. Saya begitu merasakan ketika saya membanding-bandingkan diri saya sendiri terhadap diri teman-teman saya. Saya mendapatkan bahwa saya mempunyai keunggulan dalam motivasi hidup.
Jika teman saya waktu itu masih berpikir hanya untuk menamatkan pendidikan dari pesantren tanpa ada usaha yang terkait dengan dana, maka saya telah berpikir bagaimana cara untuk tetap belajar di pesantren sambil mengumpulkan dana untuk biaya pendidikan tersebut. Walhasil, saya berusaha menjadi 'guru' bagi teman-teman saya sendiri. Saya berusaha memahami pelajaran melebihi apa yang dipahami oleh teman-teman saya agar dapat mengajari mereka. Dan dari sana, beberapa teman saya membantu saya dalam pembiayaan pendidikan saya. Dan yang lebih membuat saya bahagia, akibat usaha saya untuk memahami pelajaran melebihi apa yang dipahami teman-teman saya, di akhir pendidikan, saya mendapatkan beasiswa sebagai alumni terbaik ke-2 di pesantren tersebut. Ini tidak lain karena, apa yang saya pelajari, terus saya ulang tanpa terasa terus teringat dan melekat.
Kini, kehilangan kedua orangtua tersebut kembali mendidik saya untuk lebih keras dalam bekerja dan belajar. Karena saya masih mempunyai satu orang adik perempuan yang harus tetap sekolah. Dan saya telah berjanji padanya untuk terus menyekolahkannya hingga ia mencapai cita-citanya kelak.
***
Sebagaimana ayat yang saya kutip diatas, saya hanya ingin menyampaikan bahwa dunia, pada dasarnya memang berisi berbagai macam cobaan. Tidak akan pernah ada seorangpun yang terlepas dari cobaan ataupun ujian. Ujian itu mesti; dan kita dituntut untuk melewatinya, bukan untuk lari darinya.
Napoleon Hill, sebagaimana ditulis Andrew Ho dalam bukunya The New Inspiration, pernah mengatakan bahwa dari pengamatan riwayat tokoh-tokoh sukses di dunia ini, kita mendapatkan bahwa mereka mengalami ujian dan tantangan yang besar, baru bisa berhasil. Sebelum sebuah tugas yang berat diberikan, kita akan diuji dengan berbagai cara!
Untuk itulah, mari, meminjam judul bukunya Komaruddin Hidayat, berdamai dengan musibah. Sebagaimana kata-kata Prie GS dalam Majalah Luar Biasa yang sering saya kutip, "Bahwa tidak ada yang harus ditakuti dari sebuah derita jika seseorang memang harus menghadapinya."
Mari berdamai dengan musibah!
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Radinal Mukhtar Harahap sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.