HR. At-Tirmidzi : "Pena (takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering, apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan."
|
Rabu, 17 April 2013 pukul 21:30 WIB
Penulis : Syaifoel Hardy
Sambil menunggu dilayani teh susu pesanan, saya amati dua orang pelayan restoran itu melahap makan siang mereka yang terlambat.
Jam sudah menunjukkan hampir pukul empat sore. Saya kenal keduanya, meski tidak hafal namanya. Sesekali tatapan mata mereka dilemparkan ke arah saya. Disertai senyuman khas. Tanda bersahabat.
Khususnya hari Jum'at atau Sabtu sore, saya biasa membeli teh susu, di warung tersebut. Di antara segelintir orang Indonesia yang tinggal di sana, saya adalah salah satunya.
Yang mengganjal, menjadi pertanyaan saya, di tengah lahapnya menikmati santap siang mereka adalah, mengapa kelihatan begitu nikmat. Padahal, mereka makan di tempat yang sama, hampir setiap hari, dengan menu yang juga nyaris sama. Saya coba menganalisa, sambil berjalan pelan memegang secangkir teh susu panas di tangan kanan.
Betapa bahagianya. Karena tidak semua orang dikaruniai kenikmatan yang sama.
Sementara sebagian besar kita, banyak yang mengalami kejenuhan bila disajikan makanan dengan menu yang hampir setiap hari sama.
Filosofi yang saya bisa petik sebagai bahan pembelajaran dari kejadian di atas adalah bagaimana mengimplementasikan dalam kehidupan kita agar bisa menikmati kenikmatan.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Syaifoel Hardy sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.