Sirah Umar, Ibnu Abdil Hakam : "Aku akan duduk di sebuah tempat yang tak kuberikan sedikit pun tempat untuk syaitan."
|
Ahad, 29 Desember 2013 pukul 22:00 WIB
Penulis : Muhammad Nahar
Wajah para petani itu tampak murung. Cuaca yang tidak menentu menyebabkan hasil panen seringkali gagal atau tidak sesuai yang diharapkan. Perubahan cuaca sangat ekstrem, terkadang panas menyengat, terkadang hujan badai menderu membuat mereka sulit menentukan masa tanam dan masa panen. Hidup menjadi semakin berat bagi mereka.
Sementara itu, nun jauh di seberang lautan, di sebuah lokasi terpencil di bawah kekuasaan sebuah negara adidaya. Seorang ilmuwan baru saja menyelesaikan tugas yang diberikan. Jenderal yang bertanggungjawab terhadap proyek itupun memasuki ruang kerja sang ilmuwan.
“Bagaimana?” kata sang Jenderal.
“Siap, pak, semua sistem telah diperiksa dengan baik.”
“Baik, kita akan uji coba sekali lagi,” ujar sang Jenderal, “Bersiaplah.”
“Baik, pak.”
Sang Jenderalpun berlalu, meninggalkan ilmuwan yang berhasil mencapai puncak karirnya di proyek pengendalian cuaca tersebut. Karir yang diperoleh sang ilmuwan berkat pendidikan yang dibiayai hasil panen orangtuanya yang petani. Para petani yang sama dengan yang sekarang sedang murung karena cuaca yang tidak menentu.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan-tangan manusia, supaya Allah menimpakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum [30] : 41).
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Muhammad Nahar sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.