Umar bin Abdul Aziz : "Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika engkau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka."
|
http://kotasantri.com |
Sabtu, 7 Desember 2013 pukul 21:00 WIB
Penulis : Redaksi KSC
Memotivasi, baik secara material maupun nonmaterial, sangat baik dan merupakan salah satu unsur pendidikan yang tidak boleh diabaikan. Akan tetapi hal itu tidak boleh dilakukan berlebihan. Memotivasi harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar. Sebab jika tidak, ia akan berubah menjadi faktor yang merusak.
Motivasi mempunyai peranan besar terhadap jiwa anak dalam mewujudkan kemajuan aktifitas positif yang membangun, dalam menumbuhkan kemampuan dan dalam menyalurkan bakatnya. Motivasi juga akan mendukung kontinuitas kerja dan mendorong anak untuk maju. Hadits Rasulullah SAW, "Siapa yang lebih dulu sampai kepadaku, maka ia akan memperoleh itu dan ini," adalah dalil untuk itu.
'Umar memberi contoh kepada kita dalam memotivasi anaknya. Ibnu 'Umar berkata kepada ayahnya, saat ia keluar dari majelis Rasulullah SAW bersamanya, "Sebetulnya terlintas dalam pikiranku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma." 'Umar berkata, "Lalu apa yang menghalangimu untuk mengatakannya? Jika kamu mengatakannya, aku akan sangat suka?" Ia menjawab, "Tidak ada yang menghalangiku untuk mengatakannya selain karena aku tidak melihatmu berbicara, tidak pula Abu Bakar. Jadi aku tidak mau mengatakannya." (HR. Bukhari).
Mengomentari hadits itu, Ibnu Hajar Al-'Asqalani mengatakan, "Hadits itu mengisyaratkan bahwa keharusan mendahulukan orangtua dari anak-anak dalam berbicara itu adalah manakala pengetahuannya sama. Adapun jika anak kecil mengetahui apa yang tidak diketahui orangtua, maka tidak ada salahnya anak itu berbicara di hadapan orangtua. Dan 'Umar menyesalkan anaknya yang tidak berbicara. Akan tetapi Ibnu 'Umar sudah menjelaskan alasannya, yakni karena ada ayahnya dan Abu Bakar.
Sedangkan komentar Ibnul-Qayyim tentang hadits itu, "Itu menggambarkan kegembiraan seseorang karena anaknya benar. Itu juga sekaligus menunjukkan, tidaklah tercela seorang anak menjawab dengan apa yang ia ketahui di hadapan ayahnya sementara sang ayah tidak mengetahuinya. Sikap itu tidaklah merusak tata krama terhadap ayahnya."
Ada contoh lain bagaimana 'Umar Bin Khathab, mendorong anak-anak untuk berbicara di hadapan majelis orangtua guna menyampaikan pendapat dan gagasan. 'Umar bertanya, "Terkait dengan apa turunnya ayat, 'Inginkah seseorang di antara kalian memiliki kebun kurma dan anggur?" Mereka menjawab, "Hanya Allah-lah yang tahu." Maka 'Umar marah seraya mengatakan, "Katanlanlah : Tahu atau tidak tahu." Ibnu 'Abbas menjawab, "Dalam benakku, ada sedikit pengetahuan tentang itu, wahai Amirul Mu'minin." 'Umar mengatakan, "Katakanlah wahai anakku dan janganlah kamu merendahkan dirimu sendiri." Ibnu 'Abbas berkata, "Ayat itu menggambarkan perumpamaan amal." 'Umar bertanya, "Amal apa?" Ibnu 'Abbas menjawab, "Seorang kaya yang melakukan kebaikan-kebaikan kemudian Allah mengutus kepadanya syetan lalu orang itu melakukan kemaksiatan hingga menghancurkan segala amal baiknya itu."
Marilah kita jadikan motto "Katakanlah anakku dan janganlah kau rendahkan dirimu sendiri." dan "Apa yang menghalangimu untuk mengatakannya?" agar kita dapat memotivasi anak, mendorongnya untuk maju, mengaktualisasikan potensi dinamisnya, dan menyalurkan bakatnya.
Cara lain yang baik untuk memotivasi anak adalah dengan membelikan buku-buku yang bermanfaat untuknya. Sehingga anak akan mempunyai perpustakaan ilmiah yang terus berkembang sesuai dengan pertumbuhan dirinya.
Ibnu 'Abidin, seorang ulama besar, bercerita kepada anaknya tentang perjalanan dirinya. la mengatakan bahwa yang menyebabkan ia mengumpulkan buku-buku dalam jumlah yang tidak ada tandingannya itu adalah ayahnya. Ayahnya, menurut Ibnu 'Abidin, selalu membelikan buku yang diinginkanya lalu mengatakan, "Belilah buku yang kamu inginkan dan aku akan membayarnya. Karena kamu telah menghidupkan sirah (perjalanan hidup) para pendahulu kita. Semoga Allah membalasmu dengan kebaikan, hai anakku." Lalu ia pun memberikan kepadanya buku-buku para pendahulunya yang dimilikinya.
warjiya.whfg - bks.sulindafin.com
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Redaksi KSC sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.