QS. Muhammad : 7 : "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. "
Alamat Akun
http://setta.kotasantri.com
Bergabung
12 Februari 2009 pukul 13:00 WIB
Domisili
Mampang Prapatan - DKI Jakarta
Pekerjaan
Analis Industri
Penikmat sastra, admin situs Cerpen Koran Minggu di http://lakonhidup.wordpress.com
http://lakonhidup.wordpress.com
setta_81@yahoo.com
setta_81@yahoo.com
Tulisan Setta Lainnya
Momentum
17 September 2012 pukul 13:00 WIB
Menulis Jadi, Yuk!
7 September 2012 pukul 14:00 WIB
Akankah Kita Seperti Burung Beo Itu?
4 September 2012 pukul 13:00 WIB
Warna Cinta
3 September 2012 pukul 14:00 WIB
Harga Sepasang Kakimu
30 Agustus 2012 pukul 13:00 WIB
Bilik
Bilik » Pena

Jum'at, 18 Januari 2013 pukul 14:00 WIB

Haruskah Kita Memiliki Diary?

Penulis : Setta SS

Jika Anda ingin tidak dilupakan orang segera setelah Anda meninggal dunia, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau buatlah sesuatu yang pantas untuk diabadikan. (Franklin)

Saat mendiskusikan kata yang satu ini, diary (catatan harian), mau tidak mau pasti akan disebut satu nama, Anne Frank. Siapakah sesungguhnya dia?

Anne Frank dilahirkan di Frankfurt, Jerman, tanggal 12 Juni 1929 dari sebuah keluarga Yahudi. Pada tahun 1933, Partai Nazi di bawah pimpinan Adolf Hitler berkuasa di Jerman dan mengkampanyekan sikap anti-Yahudi. Keluar-ga Anne Frank pun pindah ke Amsterdam, Belanda, untuk menghindari ancaman Nazi. Tetapi, pada tahun 1940 Jerman menginvasi Belanda dan orang-orang Yahudi di Negeri Kincir itu pun mulai merasakan berbagai penderitaan akibat politik anti-Yahudi.

Otto, ayah Anne, saat itu berinisiatif untuk membuat sebuah tempat persembunyian rahasia untuk keluarganya dengan menutup beberapa ruangan di bagian belakang dari gedung kantornya. Ia menutupi pintu masuknya dengan sebuah lemari buku yang dapat dipindah-pindahkan seperti layaknya pintu geser.

Pada bulan Juli 1942, Anne Frank, ayah dan ibunya, Margot—kakak perempuannya, dan empat orang teman Yahudi keluarga Anne mulai tinggal di ruangan rahasia itu. Mereka tinggal di sana hingga tahun 1944. Mulai saat itulah, 1942, di usianya yang baru menginjak 13 tahun, Anne Frank mulai menulis diarynya untuk menghibur diri. Diary Anne berisi ungkapan-ungkapan perasaan remaja belasan tahun pada umumnya, yaitu tentang impian-impian akan masa depannya.

Ia menulis tentang impiannya untuk menjadi seorang penulis dan juga kerinduannya untuk menemukan cinta. Ia memiliki cita-cita yang tinggi dan berharap to be useful or give pleasure to people around me. Selama tinggal di ruangan rahasia itu, Anne Frank masih memelihara keyakinannya akan sifat-sifat dasar kemanusiaan. Ia menulis, in spite of everything, I still believe that people are really good at heart.

Di tahun 1944, tempat persembunyian rahasia itu diketahui oleh Gestapo (polisi rahasia Jerman). Anne Frank dijebloskan ke penjara Bergen-Belsen di Jerman dan wafat di sana tahun 1945 pada usia 15 tahun. Ayah Anne mempublikasikan diarynya pada tahun 1974. Sejak saat itu, diary Anne Frank sudah diterbitkan ke dalam 50 bahasa dunia lebih. Jutaan orang telah mengunjungi tempat persembunyian rahasia mereka di Amsterdam yang kini diabadikan menjadi musium. Dan diary Anne Frank masih menginspirasi banyak orang untuk melawan segala bentuk diskriminasi hingga saat ini.

Itulah sekelumit kisah tentang Anne Frank, seorang gadis belasan tahun, tentang bagaimana ia menulis diarynya.

***

Sebagai seorang muslim, kita pun mengenal kitab Shirah Nabawiyah dan Shirah Sahabat. Keduanya berisi sejarah perjalanan hidup para nabi dan sahabat serta peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di sepanjang jejak usia mereka.

Dan, Shirah Nabawiyah atau Shirah Sahabat itu tak lain adalah sebuah diary juga sejatinya. Hanya bedanya, sebuah diary biasanya ditulis sendiri oleh si empunya, sedangkan Shirah Nabawiyah dan Shirah Shahabat ditulis oleh orang lain dengan referensi berantai yang pangkalnya sampai pada orang yang bertemu dan menyaksikan langsung sepak terjang tokoh yang diceritakan dalam shirah tersebut.

Bahkan jika kita membuka kitab Hadis, yang kita temukan di dalamnya adalah “catatan harian” semua perkataan, per-buatan atau persetujuan, dan sifat—baik fisik maupun akhlak, serta perjalanan kehidupan Rasulullah Saw. yang terekam langsung oleh para shahabat, yang kemudian disampaikan turun-temurun hingga sampai pada generasi kita saat ini.

Haruskah kita memiliki diary?

Saya setuju dengan rangkaian kata bijak berikut ini, “Jika Anda ingin tidak dilupakan orang segera setelah Anda meninggal dunia, maka tulislah sesuatu yang patut dibaca atau buatlah sesuatu yang pantas untuk diabadikan.”

Ada dua opsi yang bisa kita pilih. Salah satunya ialah dengan menuliskan sesuatu yang patut untuk dibaca. Dan, saya kira, diary adalah salah satu media penunjang untuk mewujudkan makna dari wisewords itu. Tentu saja, makna diary atau catatan harian yang saya maksud di sini sudah mengalami perluasan makna. Tidak sempit sebatas buku harian lusuh dengan tulisan tangan yang hanya dinikmati sendiri seperti halnya diary Anne Frank sebelum dipublikasikan untuk konsumsi umum atas inisiatif ayahnya.

Dewasa ini, kita juga sudah mengenal istilah diary online. Atau yang lebih familiar dengan sebutan blog. Untuk menumpahkan unek-unek yang bercokol di kepala sekaligus bebas dibaca dan dikomentari oleh siapa saja yang punya waktu luang untuk membacanya. Begitulah.

Saya pribadi sudah lama tidak lagi menulis diary di buku dengan tulisan tangan. Tetapi lebih sering merekam berbagai lintasan peristiwa itu dalam bentuk soft-file di PC atau laptop. Belakangan, saya sering juga menuliskannya dalam sebuah folder di hp. Kadang ada yang hanya berisi satu baris kalimat saja dalam satu file-nya. Seperti “Keajaiban Cinta”, “Mengapa Judi Dilarang?”, “Evolusi Diri”, “Tak Ada Alasan untuk Membencinya”, “CFD”, dan lain-lain.

Kelak, satu baris kalimat itu akan bermetamorfosis menjadi sebuah artikel lepas, opini, atau mungkin sebuah cerpen. Tak menutup kemungkinan juga merupakan embrio dari sebuah novel. Atau bisa juga hilang ditelan waktu karena tidak saya tindak lanjuti.

Untuk apa menulis diary?

Suatu waktu, seorang teman saya pernah mengolok dan mentertawakan saya saat dia tahu bahwa saya punya diary sms yang saya bukukan dalam satu jilid tebal dan eksklusif dari bulan Agustus 2005 hingga Desember 2006. Lengkap dengan nama pengirim, nomer hp, tanggal dan waktu pengirimannya. Biasanya saya duduk manis di depan PC tua saya, dulu, sebelum berangkat tidur. Dan memindahkan semua sms-sms yang menurut saya layak untuk dikenang suatu masa kelak ke lembar-lembar word.

Namun, kini saya sudah menuai buahnya. Setidaknya, belasan artikel lepas dan opini sudah dihasilkan dari catatan-catatan kecil itu. Sebagian di antaranya ada yang dipublikasikan di sebuah majalah nasional, koran lokal, beberapa portal online, dan beberapa komunitas kepenulisan.

Ya, saya selalu yakin akan satu hal, bahwa sesederhana apapun goresan pena yang saya buat, sejauh itu membawa maslahat—minimal sebagai reminder bagi saya pribadi di masa yang akan datang, bukanlah sebuah kesia-siaan. Apalagi jika ternyata goresan-goresan sederhana itu menjadi sumber inspirasi kebaikan bagi orang lain yang membacanya.

Dan pada akhirnya, saya berharap akan menjadi sumber amal jariah bekal kembali saya menghadap-Nya suatu hari nanti. Indah sekali, bukan?

http://lakonhidup.wordpress.com

Suka

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Setta SS sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.

Riesna | I'm Real Jobless
KotaSantri.com adalah situs keren yang memungkinkan kamu mengetahui dan mempelajari ilmu agama Islam lebih jauh, mudah, dan mengena. Di sini juga kamu bisa saling bersilaturahmi dengan para santri, melalui email dan chatting room yang tak kalah keren!
KotaSantri.com © 2002 - 2023
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.0851 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels