QS. An-Nahl : 97 : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
Alamat Akun
http://kopiradix.kotasantri.com
Bergabung
1 Mei 2009 pukul 23:11 WIB
Domisili
Jakarta Selatan - DKI Jakarta
Pekerjaan
Mahasiswa
Tulisan Muhammad Lainnya
Sandal Jepit
26 September 2011 pukul 09:55 WIB
Joki 3 in 1 di Serambi Masjid
19 September 2011 pukul 15:45 WIB
Menjaga Amanah Lingkungan
16 September 2011 pukul 13:00 WIB
Pelangi
Pelangi » Refleksi

Jum'at, 30 September 2011 pukul 11:00 WIB

Para Penambang Bukit Kapur yang Harus Bertaruh Nyawa

Penulis : Muhammad Nahar

Terik mentari seakan terpantulkan pada bongkahan batu-batu gamping yang berwarna putih itu. Para pekerja dengan perlengkapan seadanya terus bekerja menggali bongkahan-bongkahan tersebut. Mereka mengumpulkan batu-batu yang sudah dipecahkan dengan perkakas dan bahan peledak sederhana hasil racikan mereka sendiri. Sesudah diolah dengan cara dibakar, batu-batu itupun dibawa dengan truk-truk yang sudah sangat tua. Model bagian depan truk yang masih berhidung mancung itu seakan menyiratkan masa yang lampau.

Suasana di sana seakan-akan membawa kita ke dalam film-film fantasi masa lalu seperti film Conan the Barbarian dan sebagainya. Namun, yang ada di sana bukanlah para ksatria berotot kekar dengan pedang tajam, kuda-kuda yang berlari melintasi pegunungan berdebu, putri raja nan cantik, monster atau penyihir jahat. Melainkan para pekerja yang berjuang menghidupi diri dan keluarganya dengan upah yang hampir-hampir tidak bisa mengejar harga kebutuhan pokok. Para pekerja dengan perlengkapan seadanya terus bekerja menggali bongkahan-bongkahan tersebut. Mereka mengumpulkan batu-batu yang sudah dipecahkan dengan perkakas dan bahan peledak sederhana hasil racikan mereka sendiri. Sesudah diolah dengan cara dibakar, batu-batu itupun dibawa dengan truk-truk yang sudah sangat tua. Model bagian depan truk yang masih berhidung mancung itu seakan menyiratkan masa-masa yang lampau, saat truk-truk seperti itu merajai jalanan.

Belum lagi resiko kecelakaan, cacat tubuh, atau bahkan kematian. Maklum, ledakan dari bahan peledak yang mereka gunakan untuk memecah batu gamping juga menghasilkan kepulan asap dan serpihan debu yang membahayakan kesehatan, terutama pernafasan dan mata. Para pekerja yang sudah membanting tulang memeras keringat seakan hanya mendapatkan upah sekadarnya. Mereka hanya dibayar beberapa belas sampai beberapa puluh ribu rupiah setiap hari. Pekerjaan penuh resiko itu mereka jalani tanpa jaminan kesehatan ataupun keselamatan yang seharusnya mereka dapatkan. Mereka juga tidak mengenakan perlengkapan keamanan dan keselamatan seperti helm, kacamata pelindung, atau sepatu boot. Perlengkapan yang sebenarnya dibutuhkan untuk bekerja di daerah seperti itu. Tidak ada jaminan kesehatan dan keselamatan bagi mereka dalam bekerja. Korban di kalangan para pekerja itu sudah banyak pula yang berjatuhan, baik cacat, sakit, ataupun meninggal dunia.

Padahal, batu-batu gamping hasil jerih payah mereka dinikmati oleh banyak orang, termasuk orang-orang kaya di berbagai kota di negeri ini. Batu kapur tak hanya dimanfaatkan untuk campuran bahan bangunan semata, juga dimanfaatkan untuk industri besi baja, bahan pembuat karbit, penetralisir limbah industri besi baja, bahan pembuat karbit, hingga untuk bahan dasar proses pemutihan gula. Pagar-pagar besi rumah orang-orang kaya, yang dibuat untuk melindungi diri dan harta benda dan menegaskan status sosial mereka, dilas dengan karbit yang dibuat dengan batu-batu tersebut.

Tayangan dokumenter dari sebuah televisi swasta tentang para penambang batu gamping itu mengingatkan saya pada saat bekerja di Bandung beberapa waktu yang lalu. Pada saat bepergian dari Bandung ke Puncak lewat Cianjur dan sebaliknya, saya seringkali melewati daerah Padalarang. Salah satu tempat yang sering saya lewati adalah pertambangan batu gamping seperti dalam tulisan di atas. Namun, saat itu saya belum mengetahui kehidupan para penambang batu itu yang sesungguhnya.

Terkadang begitu mudah bagi kita untuk melupakan dan mengabaikan orang-orang yang berjasa dalam kehidupan kita. Mereka telah bekerja keras membanting tulang untuk menyediakan bahan-bahan yang untuk membuat hidup kita lebih nyaman dan aman. KH Toto Tasmara, dalam salah satu ceramah beliau di sebuah radio swasta pernah mengatakan, "Jika rumah yang kita tempati bocor atapnya dan air hujanpun merembes masuk, kepada siapa kita minta pertolongan. Apakah kepada pak Dokter yang biasa memeriksa apabila ada anggota keluarga sakit, apakah kepada pak Direktur Utama yang gajinya puluhan juta sebulan, atau saudara kita yang kaya raya? Tentu saja tidak, kita tentu akan minta tolong pada tukang bangunan yang tinggal di kontrakan petak, yang biasa memperbaiki rumah kita dengan tangan terampilnya."

Maka sungguh kita dianggap dan dibilang orang kaya karena ada orang-orang miskin di sekitar kita. Lebih dari itu, hidup kita sebagai orang yang kaya menjadi lebih nyaman dengan keberadaan dan pertolongan mereka. Namun, jarang sekali kalau boleh dibilang hampir tidak pernah kita berterima kasih dengan tulus pada mereka dan berinteraksi lebih dalam, berusaha mengetahui dan memahami apa yang sesungguhnya mereka butuhkan. Jika jiwa kita masih memiliki kehidupan, yang menyebabkan jiwa itu peka pada penderitaan sesama, kita akan merasa berdosa apabila menghabiskan uang dan harta kita hanya untuk kesenangan pribadi. Walaupun semua itu kita peroleh dengan kerja keras yang halal, namun hakikatnya semua itu merupakan amanah yang akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hadapan Allah SWT.

Suka
cinta sejati menyukai tulisan ini.

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Muhammad Nahar sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.

Nurudin | Swasta
Sekilas KSC memiliki apa yang dimiliki facebook yang membuat banyak orang 'kecanduan'. Tapi bila dicermati, facebook tidak memiliki apa yang dimiliki KSC. Maaf facebook, tak lama lagi aku akan meninggalkanmu, aku mendapatkan apa yang tak aku dapatkan darimu.
KotaSantri.com © 2002 - 2024
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.3398 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels