Ali Bin Abi Thalib : "Ilmu itu lebih baik daripada harta. Ilmu menjaga engkau dan engkau menjaga harta. Ilmu itu penghukum (hakim) dan harta terhukum. Harta itu kurang apabila dibelanjakan, tapi ilmu bertambah apabila dibelanjakan."
Alamat Akun
http://nuraulia.kotasantri.com
Bergabung
1 Maret 2009 pukul 13:00 WIB
Domisili
Bogor - Jawa Barat
Pekerjaan
Jurnalis
Tulisan Aris Lainnya
Menjadi Politikus Pintar
31 Mei 2012 pukul 14:30 WIB
Memperbaiki yang Lalu
19 April 2012 pukul 11:15 WIB
Pemanfaatan Tembakau untuk Pengendalian Rokok
14 April 2012 pukul 13:00 WIB
Tangisan Sunyi
20 Februari 2012 pukul 11:00 WIB
Bilik
Bilik » Pena

Jum'at, 21 Desember 2012 pukul 17:00 WIB

Tujuh Elemen Tulisan Memikat

Penulis : Aris Solikhah

Tulisan yang hidup adalah senjata penting untuk menaklukkan minat pembaca di tengah persaingan antar media komunikasi yang kian ketat. Mereka dikangeni karena berjiwa — personal, memiliki sudut pandang yang unik dan cerdas, serta penuh vitalitas.

Tulisan yang baik tak ubahnya seperti tarian burung camar di sebuah teluk: ekonomis dalam gerak, tangkas dengan kejutan, simple dan elok. Tulisan yang baik adalah hasil ramuan keterampilan menggali bahan penting di lapangan dan kemampuan menuliskannya secara hidup.

***

Tujuh Elemen

Apapun subyeknya, setiap karya jurnalistik yang bagus memiliki setidaknya tujuh unsur.

1) Informasi. Adalah informasi, bukan bahasa, yang merupakan batu bata penyusun sebuah tulisan yang efektif. “Prosa adalah arsitektur, bukan dekorasi interior,” kata Ernest Hemingway. Untuk bisa menulis prosa yang efektif, penulis pertama-tama harus mengumpulkan kepingan informasi serta detil konkret yang spesifik dan akurat — bukan kecanggihan retorika atau pernik-pernik bahasa.

2) Signifikansi. Tulisan yang baik memiliki dampak pada pembaca. Dia mengingatkan pembaca pada sesuatu yang mengancam kehidupan mereka, kesehatan, kemakmuran, maupun kesadaran mereka akan nilai-nilai. Dia memberikan informasi yang ingin dan penting diketahui pembaca. Serta meletakkan informasi itu dalam sebuah perspektif yang berdimensi: mengisahkan apa yang telah, sedang, dan akan terjadi.

3) Fokus. Tulisan yang sukses biasanya justru pendek, terbatasi secara tegas, dan sangat fokus. “Less is more,” lagi-lagi kata Hemingway. Umumnya tulisan yang baik hanya mengatakan satu hal. Mereka mengisahkan seorang serdadu atau seorang korban, bukan pertempuran. Memperbincangkan sebuah person, sebuah kehidupan, bukan sebuah kelompok sosio-ekonomi. “Don’t write about Man, write about a man,” kata Elwyn Brooks White, seorang humoris Amerika.

4) Konteks. Tulisan yang efektif mampu meletakkan informasi pada perspektif yang tepat, sehingga pembaca tahu dari mana kisah berawal dan ke mana mengalir, seberapa jauh dampaknya, dan seberapa tipikal. Penulis yang tak terlalu piawai menyajikan konteks dalam sebuah kapsul besar secara sekaligus, sehingga sulit dicerna. Penulis yang lebih lihai menggelombangkan konteks ke seluruh cerita.

5) Wajah. Manusia suka membaca tulisan tentang manusia lainnya. Jurnalisme menyajikan gagasan dan peristiwa — trend sosial, penemuan ilmiah, opini hukum, perkembangan ekonomi, krisis internasional, tragedi kemanusiaan — dengan memperkenalkan pembaca kepada orang-orang yang menciptakan gagasan dan menggerakkan peristiwa. Atau dengan menghadirkan orang-orang yang terpengaruh oleh gagasan dan peristiwa itu.

Tulisan akan efektif jika penulisnya mampu mengambil jarak dan membiarkan pembacanya bertemu, berkenalan, serta mendengar sendiri gagasan/informasi/perasaan dari manusia-manusia di dalamnya. “Don’t say the old lady screamed — bring her on and let her scream,” kata Mark Twain, jurnalis dan novelis pengarang The Adventure of Tom Sawyer.

6) Bentuk. Tulisan yang efektif memiliki sebuah bentuk yang mengandung dan –sekaligus — mengungkapkan cerita. Umumnya berbentuk narasi. Dan sebuah narasi bakal sukses jika memiliki semua informasi yang dibutuhkan pembacanya dan jika ceritanya bisa diungkapkan dalam pola kronologis aksi-reaksi. Penulis harus kreatif untuk menyusun sebuah bentuk yang memungkinkan pembacanya memiliki kesan komplet yang memuaskan, perasaan bahwa segala yang ada dalam tulisan mengalir ke arah konklusi yang tak terhindarkan.

7) Suara. Kita tak boleh lupa, bahkan dalam abad komunikasi massa seperti sekarang, kegiatan membaca tetap saja bersifat pribadi: seorang penulis bertutur kepada seorang pembaca. Tulisan akan mudah diingat jika mampu menciptakan ilusi bahwa seorang penulis tengah bertutur kepada pembacanya. Majalah/koran yang baik tak ubahnya seperti pendongeng yang memukau. Dan penulis yang baik mampu menghadirkan warna suara yang konsisten ke seluruh cerita, tapi menganekaragamkan volume dan ritme untuk memberi tekanan pada makna.

Secara ringkas, tulisan yang baik mengandung informasi menarik dan berjiwa. Menarik karena penting, terfokus, dan berdimensi. Serta berjiwa, karena berwajah, berbentuk, dan bersuara.

Sumber : asep.wordpress.com

Suka

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Aris Solikhah sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.

Dede Wahyudin | Karyawan Swasta
Syukron... Akhirnya saya bisa menemukan media penyejuk hati. Saya senang sekali. Mudah-mudahan bisa menambah wawasan keislaman saya Aamiin. Keep istiqomah dan salam ukhuwah.
KotaSantri.com © 2002 - 2024
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.0809 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels