Umar bin Abdul Aziz : "Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika engkau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka."
|
http://alfach.com | |
alfachrie | |
alfcah02 | |
alfachrie@gmail.com |
Jum'at, 12 Oktober 2012 pukul 11:00 WIB
Penulis : Achmad Fachrie
Setiap manusia pasti selalu mengikuti siklus kehidupan. Dari bayi menuju dewasa, dari dewasa menuju tua, hingga menjadi tiada. Dari yang tidak bisa melakukan apa-apa, hingga belajar memahami dan menambah pengetahuan menjadi sebentuk ilmu. Pemahaman dan ilmupun seiring waktu bertambah. Dari yang ketika bayi tidak bisa melakukan apa-apa selain bergantung pada ibu. Hingga beranjak dewasa menjadi lebih kuat dan memiliki tanggung jawab.
Ada kalanya, peran kita bukan hanya sekedar ada, tapi hadir kita untuk memberi arti dan berbagi makna dengan orang lain. Semakin besar kita dan semakin besar kekuatan yang kita miliki, sesungguhnya kita memiliki tanggung jawab besar kepada orang lain. Tanggung jawab atas pemahaman kita, tanggung jawab atas ilmu kita, tanggung jawab atas kedewasaan kita. Bahwa apa yang kita miliki, entah sebentuk materi atau sebentuk ilmu, maka kita memiliki tanggung jawab untuk menyalurkannya dan melengkapinya dengan berbagi bersama orang lain.
Masa-masa kejayaanpun tidak terelakkan. Masa-masa di mana kita mampu berdiri sendiri, masa-masa di mana kita mampu bermanfaat dan berbagi untuk orang sekitar kita. Namun, pergantian masa tidak selalu menghadirkan keadaan yang sama, atau rasa yang sama dibandingkan masa sebelumnya. Ia akan berubah mengikuti sunnatullah bahwa tidak ada yang kekal abadi kecuali Dia. Kelapukkan adalah keniscayaan yang tak mampu dihindari bagi setiap makhluk ciptaan-Nya. Kehilangan adalah suatu yang pasti terjadi bahwa waktu tak pernah berhenti silih berganti mendatangkan dan membawa pergi yang pernah singgah.
Layaknya bintang, ia berawal dari partikel kecil yang terhimpun dari partikel-partikel kecil lainnya. Ketika kecil, cahaya yang dimiliki tidak terlalu terlihat dari kejauhan. Namun seiring bertemu dan berkumpulnya partikel-partikel kecil lainnya, bintang itupun menjadi besar dan besar. Cahaya yang dahulu sulit dilihat, perlahan menjadi mudah dilihat, dan menyinari untuk sekitarnya. Mengganti gelapnya malam dengan menghiasi langit-langit mengusir kelam. Namun, bintang tidak selamanya bersinar terang. Kelak, akan tiba masanya, cahaya itu meredup, menghilang, dan berganti dengan bintang yang lain.
Begitu pula dengan kita, kita tidak akan berada pada posisi yang sama selamanya. Masa-masa kejayaan itu kelak tergantikan, tidak untuk selamanya.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Achmad Fachrie sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.