Ali Bin Abi Thalib : "Hati orang bodoh terdapat pada lidahnya, sedangkan lidah orang berakal terdapat pada hatinya."
|
http://arryrahmawan.net | |
contact@arryrahmawan.net | |
arry.rahmawan@gmail.com | |
arry_tiui09 | |
arry.rahmawan@windowslive.com | |
arry.rahmawan@gmail.com | |
http://twitter.com/arryrahmawan |
Sabtu, 7 Desember 2013 pukul 22:00 WIB
Penulis : Arry Rahmawan
Sewaktu berkumpul pada acara keluarga besar, ada beberapa fenomena yang berubah. Hal paling besar di antaranya adalah demam gadget. Dulu saya ingat jika masih SMA, rata-rata masih menggunakan handphone Nokia monochrome, sekarang sepupu dan adik saya yang masih SD-pun sudah menggunakan iPad. Tidak jauh-jauh, selain digunakan untuk games, gadget itu juga digunakan untuk beradu eksis di social media.
Kadang dalam acara kumpul-kumpul keluarga, kita semua (termasuk saya) sering tidak kuat menahan diri untuk menjelajahi akun-akun social media kita. Apalagi, akun social media ini semakin lama semakin banyak. Dulu mungkin kenalnya hanya Facebook dan Twitter, sekarangg sudah ada juga BBM, LinkedIn, Path, Instagram, Pinterest, Google+, yang membuat hidup rasanya semakin mudah, namun juga semakin susah.
Mudah karena kita bisa lebih banyak berkomunikasi dengan orang-orang dan membuat eksistensi kita di dunia maya menjadi lebih terlihat. Istilahnya buat orang-orang yang nafsu untuk bisa jadi lebih gaul dan eksis, social media adalah jantungnya. Menjadi lebih susah karena seringkali social media ini membuat kita lupa beberapa etika-etika komunikasi yang semestinya. Karena ingin eksis atau gimana, seringkali ada beberapa etika yang dikesampingkan.
Social Media Etiquette adalah istilah yang saya gunakan dalam beretika menggunakan social media. Berikut adalah beberapa tips social media etiquette yang semoga bisa bermanfaat.
# Gunakan Social Media saat Tidak sedang Berkomunikasi Tatap Muka
Saya dan beberapa rekan profesional seringkali diajak meeting atau partnership dengan perusahaan lain. Pada waktu itu, kami sepakat untuk mengantongi smartphone kami hingga meeting selesai. Hal itu membuat banyak kontrak closing deal. Saya pernah menanyakan penilaian komunikasi orang yang ‘menyambi’ atau sambilan berbicara dan fokus ke smartphone-nya. Hasilnya jelas, komunikasi jadi tidak efektif dan kesannya meremehkan lawan bicara. Mulai dari tidak memperhatikan apa yang diucapkan, membuang waktu karena harus diulang, hingga salah tangkap maksudnya.
Kalau sedang dalam komunikasi tatap muka, hargailah lawan bicara Anda.
# Berikan Sentuhan Personal pada Social Media Anda
Etiket menggunakan social media yang ampuh lainnya adalah dengan memberikan sentuhan personal, minimal dengan menyebut namanya. Sebagai contoh, saya akan merasa lebih dihargai saat direct message Twitter saya, “Arry, mohon maaf lahir dan batin ya. Kapan nih kita bisa kumpul-kumpul?” dibandingkan dengan broadcast message yang mengucapkan, “Kami sekeluarga mengucapkan …” yang diperuntukkan oleh semua orang. Social media bukan media broadcast, namun tentang bagaimana menciptakan bonding yang lebih kuat dengan media itu.
# Hindari Huruf Kapital
Ini mungkin Anda sudah paham, MENGAPA TIDAK BOLEH MENULIS SEPERTI INI. Ya, di media tulis menulis dan social media manapun hal tersebut diartikan sebagai marah-marah atau teriak-teriak. Jadi, jika Anda baru tahu setelah membaca tulisan ini, sebaiknya diganti hurufnya. Kurang (atau tidak) sopan.
# Pembajakan Content
Ya, di manapun pembajakan sebaiknya tidak dilakukan. Saya sering menemukan Twitter yang ‘membajak’ akun lain tanpa menyertakan RT yang mengesankan seolah itu adalah tweet-nya sendiri. Masalahnya saya follow kedua akun tersebut, sehingga tahu mana yang lebih dulu nge-tweet. Mungkin tidak terlalu masalah jika sekali dua kali, yang masalah saat menjadi kebiasaan dan copas content di mana-mana.
# Hindari Minta Folback (Follow Balik)
“@ArryRahmawan, please follback.” Kalau teman atau orang yang saya kenal, pasti saya follow back balik. Kalau tidak? Tergantung isi content-nya. Nah, ini juga. Kalau kita minta orang untuk follback, sudahkah akun kita layak untuk di-follow orang? Atau isinya justru hanya luapan-luapan emosi yang gak semua orang perlu tahu?
Meminta follback pada orang yang tidak dikenal bisa menjengkelkan, karena pada kenyataannya koneksi di dunia maya mewakili koneksi di dunia nyata. Tidak semua akun sebaik milik @MerryRiana yang nge-follow balik followers-nya.
# Promosi di Grup atau Target yang Tepat
Ya, saya tahu social media dapat dijadikan ajang promosi yang sangat masif. Namun, perhatikan. Anda ingin bisa menjadikan social media sarana promosi yang berkelanjutan atau sekali dua kali lalu kena banned? Saya yakin yang pertama. Maka, carilah grup yang tepat sesuai dengan produk yang Anda tawarkan (bisa juga di milis atau forum), pelajari netiketnya dalam melakukan promosi, lalu berpromosilah dengan efektif tanpa terlalu sering. Hal paling penting itu menjalin silaturrahim. Jika misalnya kita bisa menjalin silaturrahim dengan orang-orang di grup social media, nanti mereka sendiri yang akan mendatangi. Hal ini saya alami di grup Komunitas TDA Kampus.
Itulah yang bisa saya sampaikan di tulisan kali ini. Semoga asyiknya kita berkomunikasi di social media tidak melupakan kita untuk menjunjung etiket yang ada.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.