HR. Ahmad : "Sebaik-baik manusia adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya."
|
Senin, 25 November 2013 pukul 18:00 WIB
Penulis : Syaifoel Hardy
Seorang kolega menyampaikan cuplikan kisah tentang rencana pengunduran dirinya dari tempat kerja. Kepada HR, dikatakan bahwa dia tidak bisa kerja di lingkungan yang tidak memberikan peluang kepada karyawan untuk berkembang. Apalagi ide-ide mereka tidak diakomodasi.
Dengan entengnya, pejabat HR, menjawab, “Keluar saja kamu, tidak masalah. Masih ribuan yang ada di sana, antri, bakal menggantikan posisimu!”
Saudara…
Ada tiga hal dalam hidup ini yang tidak bisa ditarik kembali. Yakni, waktu yang terbuang, kesempatan, serta perkataan. Untuk yang terakhir ini, yakni perkataan, kita harus hati-hati. Bahkan ekstra hati-hati, utamanya jika menyangkut hal-hal sensitif seperti contoh dia atas. Dari atas ke bawahan, dari bawahan ke atasan.
Berbicara dengan orang-orang yang memiliki perasaan peka; menyampaikan pendapat kontroversial; berdebat dengan politikus; berbicara dengan wartawan; berdebat soal hukum, dan lain-lain, semuanya butuh pertimbangan. Bahkan dua tiga kali kalau perlu pemikiran, sebelum dikatakan. Tidak lain, karena apa yang sudah kita katakan, bisa jadi dicatat, didokumentasikan, diingat hingga diabadikan.
Sepanjang tidak menimbulkan persoalan, barangkali tak masalah. Namun bagaimana jika dampaknya membuat orang lain sedih dan terluka? Bisa jadi, tidak ada obatnya! Permintaan maaf saja, terkadang sangat jauh dari mengena.
Hikmah yang ingin saya sampaikan adalah, menghormati orang lain itu sebenarnya sangat sederhana, mudah, dan murah sekali. Nilai dan dampaknya, jika mau menyelami, sangat besar.
Menghormati orang lain lewat bicara, tidak harus bayar. Berbicara baik juga membuat orang lain bahagia. Jadi, tidak ada alasan, mengapa kita tidak berbicara baik dengan atau tentang orang lain.
Sebaliknya, omongan yang kurang pada tempatnya, bisa membuat orang lain sakit hati, benci, dan dendam. Malahan bisa bikin jantung berdebar-debar, hidup tidak tenang, mudah sakit-sakitan, hingga mati muda.
Sayangnya, kita acapkali tidak belajar dari pengalaman dan kenyataan. Sebagian berpendapat, untuk berbicara/berkata baik, sepertinya, harus mengeluarkan biaya mahal dan jutaan Rupiah. Meskipun akibat buruknya kita sadar.
Menyakiti orang lain lewat pembicaraan, berakibat fatal. Bukan sekedar kehilangan teman, sahabat, saudara, hingga martabat.
So, bicara baik-baiklah, seandainya mau pindah, berhenti atau keluar dari tempat kerja. Sebaliknya, yang dipamiti juga demikian. Jadi, sama-sama mendapatkan suka. Sama-sama beroleh pahala!
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Syaifoel Hardy sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.