Umar bin Abdul Aziz : "Jika engkau bisa, jadilah seorang ulama. Jika engkau tidak mampu, maka jadilah penuntut ilmu. Bila engkau tidak bisa menjadi seorang penuntut ilmu, maka cintailah mereka. Dan jika engkau tidak mencintai mereka, janganlah engkau benci mereka."
|
http://febrianhadi.wordpress | |
febrianhadi | |
http://facebook.com/Febrian Hadi Santoso | |
http://twitter.com/febrianhadi |
Ahad, 13 Oktober 2013 pukul 20:20 WIB
Penulis : Febrian Hadi Santoso
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo'alah untuk mereka. Sesungguhnya do'a kamu itu ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” -QS. At-Taubah : 103-
Ayat di atas merupakan satu di antara ayat kalam Ilahi tentang zakat. Kata ‘ambillah’ di awal kalimat merupakan kata perintah yang artinya diwajibkan -bagi yang mampu-. Setiap seruan perintah nan diwajibkan akan berbalas pahala oleh Sang Khalik. Pun juga yang sunnah, karena setiap ibadah nan wajib Tuhan berikan ibadah sunnah untuk melengkapi. Sedekah misalnya, sunnah hukumnya. Ia hadir untuk melengkapi zakat yang diwajibkan.
Kali ini kisah tentang sedekah, beberapa waktu lalu saya mendapat pengalaman tentang ayat di atas. Suatu saat seorang pengemis datang ke rumah. Perawakannya seorang lelaki tua dengan peci di kepala dan tongkat di tangan. Tubuhnya renta. Seperti pengemis pada umumnya, lelaki tua tersebut meminta sedekah dari sang tuan rumah. Singkat cerita, saya berikan beberapa rupiah untuk lelaki tersebut. Dan sesaat setelah memberikan lembaran rupiah tersebut, ayat-ayat Ilahi di atas berlaku. Lelaki tua itu tak lantas pergi. Ia berdiri dan mengangkat kedua tangannya seraya berdo’a. Sayapun yang masih di depan beliau juga mengangkat kedua tangan seraya mengamini dalam hati.
Beberapa menit beliau gunakan untuk berdo'a. Tak begitu jelas apa yang dipanjatkan. Namun yang jelas terdengar beliau membaca suratul fatihah sebanyak tiga kali dimana di setiap jedanya beliau membaca ‘fatihah khususon’. Ini kali pertama saya menemukan orang seperti ini. Beliau tak segan mengangkat tangan dan berdo’a pada yang memberinya. Bapaknyapun tulus nan ikhlas mendo’akan. Dan di akhir perjumpaan beliau berujar, “Saya terima sedekahnya, mudah-mudahan Allah yang mengganti.”
Sungguh ayat “inna shalaa taka sakanalullahum” benar-benar menjadi ketentraman bagi jiwa. Mudah-mudahn saya bisa bertemu lagi dengan bapak tersebut.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Febrian Hadi Santoso sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.