HR. Ahmad & Al Hakim : "Kemuliaan orang adalah agamanya, harga dirinya (kehormatannya) adalah akalnya, sedangkan ketinggian kedudukannya adalah akhlaknya.
"
|
Ahad, 8 Desember 2013 pukul 22:00 WIB
Penulis : Rifki
Bagus mendekatkan wajahnya ke perut besar Ayu yang sedang duduk santai sambil memandangi taman di halaman depan rumah.
“Ayah tak sabar untuk melihatmu, nak!” bisik Bagus. “Kurang dari sebulan lagi kita akan bertemu. Saat itu, Ayah akan memperkenalkan sebuah nama yang yang telah menciptakanmu, ayah, dan bunda, di kedua telingamu. Ayah juga akan berdo'a diberi umur panjang agar kelak bisa mendidik dirimu menjadi anak yang shaleh, yang senantiasa menemani ayah dan bunda dengan do'a-do'amu meski kita tidak bersama lagi,” sambung Bagus seraya mengecup perut sang istri.
Bagus tersenyum manakala sang bayi di dalam kandungan istrinya memberikan respon dengan sebuah gerakan yang bisa dirasakannya.
—o0o—
Tangisan bayi yang baru lahir itu memecah keheningan ruang bersalin. Seorang dokter perempuan menyerahkan sang bayi kepada suster untuk dibersihkan. Tak lama kemudian, bayi itu diserahkan kepada ibunya, Ayu.
Rasa bahagia menyeruak dalam diri Ayu ketika melihat dari dekat wajah sang bayi yang mirip sekali dengan wajah Bagus, sang Ayah. Namun rasa itu segera tercampur dengan kesedihan. Kesedihan yang terlukis di air matanya yang mengalir.
“Mas, anak kita sudah lahir. Sehat. Alhamdulillah!” ucap Ayu pelan meski dirinya yakin bahwa Bagus tidak akan mendengar karena tak lagi berada di sisinya sejak tujuh hari yang lalu. Selamanya.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Rifki sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.