QS. Muhammad : 7 : "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
"
|
http://arryrahmawan.net | |
contact@arryrahmawan.net | |
arry.rahmawan@gmail.com | |
arry_tiui09 | |
arry.rahmawan@windowslive.com | |
arry.rahmawan@gmail.com | |
http://twitter.com/arryrahmawan |
Sabtu, 23 Mei 2009 pukul 19:12 WIB
Penulis : Arry Rahmawan
Dalam hidup ini, banyak sekali tolak ukur yang digunakan untuk menentukan seorang pemenang. Namun terkadang, definisi dari seorang pemenang itu tercipta hanya dari persepsi masyarakat, sehingga banyak orang yang disebut pemenang, namun jauh dari nilai-nilai seorang pemenang sejati. Contohnya adalah harta yang berlimpah, pendidikan yang tinggi, rumah mewah, peringkat 1 di kelas, IPK tinggi, dan lain sebagainya.
Siapa sajakah sebenarnya pemenang sejati itu? Sebelum saya menginjak ke kriterianya, sebenarnya Allah sendiri sudah meninggikan umat Islam sebagai pememang dibandingkan dengan umat yang lain.
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik." (QS. 3 : 110).
Allah sudah memberikan pernyataan seperti itu. Belum lagi ketika kita mengingat bahwa kita adalah pemenang yang terlahir melalui seleksi sel sperma yang mampu bertahan dan menembus ovum dari ratusan ribu atau jutaan sel sperma yang lain. Bukankah setiap kita sungguh luar biasa?
Namun, ada beberapa standar yang (mungkin) berbeda dari standar pemenang yang mungkin kita kenal selama ini. Kita dapat menyebut pemenang-pemenang ini adalah pemenang sejati.
***
Tidak Mudah Terbawa Arus
Pemenang sejati memiliki prinsip yang teguh. Prinsip sebagai seorang muslim tentu saja berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan Al-Hadits. Namun tak banyak orang yang mampu memegang prinsip itu secara teguh, bahkan banyak sekali yang mengorbankan kebenaran hanya untuk mencapai kekayaan dan popularitas. Seharusnya pemenang sejati itu selalu berprinsip, di mana pun berada, berlomba-lomba dalam kebaikan, sesuai firman Allah,
"Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." (QS. 2 : 148).
Dalam ayat di atas juga Allah berfirman agar kita tetap berpegang teguh pada kiblat kita, dan jangan sampai kita berganti kiblat hanya karena tidak mampu menghadapi tantangan global. Justru sekarang saatnya membuktikan bahwa Islam adalah sebuah agama rahmatan lil 'alamin, bagi siapa saja, di mana saja, dan kapan saja.
***
Bersikap Secara Konsisten dan Komitmen
Konsisten dan komitmen adalah keadaan di mana apa yang kita ucapkan dan sebarkan juga berlaku untuk diri kita. Di mana pun kita berada, baik dilihat orang atau tidak. Terkadang banyak sekali pemenang yang hanya menunjukkan teladannya di muka umum, namun ketika tidak dilihat orang, maka dia berbuat hal-hal yang seharusnya tidak dilakukan. Kuncinya adalah keikhlasan. Maka kita dapat menyimpulkan bahwa pemenang sejati adalah orang-orang yang ikhlas.
"Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh kepada (agama)Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang besar dariNya (surga) dan limpahan karuniaNya. Dan menunjuki mereka kepada jalan yang lurus (untuk sampai) kepadaNya." (QS. 4 : 175).
***
Selalu Memulai Hidup dengan Optimisme dan Perasaan Positif
Dalam menjalani hidup ini, kita dapat memilih ingin bersikap positif dan mengambil hikmah baik dari segala kejadian, atau bersikap negatif dan menyalahkan setiap orang atas kesengsaraan yang dialami. Pemenang sejati selalu hidup dalam perasaan positif. Dalam menjalani segala sesuatu selalu optimis, karena dia tahu bahwa sebagai manusia, dia adalah seorang makhluk yang spesial, mahakarya dari Sang Pencipta, sehingga pemenang sejati selalu hidup penuh dengan prestasi-prestasi yang luar biasa. Orang yang positif selalu senang dengan kebahagiaan saudaranya, dan sedih atas musibah yang menimpa saudaranya. Inilah ajaran Islam yang mulia, di mana Islam mengikat kita menjadi sebuah keluarga.
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim." (QS. 49 : 11).
***
Menerima Kekalahan Secara Lapang dan Elegan
Semua orang tidak suka kekalahan. Semua orang berharap jadi pemenang. Namun jangan salah, seseorang dapat dikatakan menjadi pemenang sejati ketika dia mampu menerima kekalahannya dengan sikap ksatria, dan membuat dia sadar bahwa dia bukanlah manusia sempurna, sehingga tidak boleh bersikap takabur. Dia tetap yakin bahwa di balik kekalahan tersimpan banyak hikmah, dan inilah jalan terbaik yang diberikan Allah kepadanya. Menerima kekalahan secara elegan ini juga berarti bahwa dia ikut senang dengan kemenangan saudaranya, dan ikut merayakan kegembiraannya bersama.
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (QS. 2 : 216).
***
Mampu Belajar dari Setiap Kegagalan
Seorang pemenang sejati bukanlah seorang yang terus mendapatkan hasil yang baik dan penuh kesempurnaan, namun pemenang sejati adalah orang yang mampu bangkit dan belajar melalui kegagalan yang telah dia perbuat. Dia yakin kegagalan adalah ilmu yang sangat mahal, sehingga sangat penting untuk mengambil pelajaran agar tidak terjadi kegagalan yang serupa. Allah berfirman,
"Kemudian, sesungguhnya Tuhanmu (mengampuni) bagi orang-orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertaubat sesudah itu dan memperbaiki (dirinya), sesungguhnya Tuhanmu sesudah itu benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. 16 : 119).
***
Sehubungan dengan keterbatasan waktu dan dikhawatirkan artikel menjadi terlalu panjang, maka penulis membagi artikel ini menjadi tiga bagian. Insya Allah dua artikel lanjutan mengenai 'Siapa yang Disebut Pemenang Sejati?' akan segera menyusul.
Semoga bermanfaat dan kita semua dapat mengambil hikmahnya. Salam sukses! Dan jadilah seorang muslim berpredikat pemenang sejati!
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.