HR. Ibnu Majah dan Abi Ad-Dunya : "Secerdik-cerdik manusia ialah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling gigih membuat persiapan dalam menghadapi kematian itu."
|
Senin, 25 November 2013 pukul 19:00 WIB
Penulis : Rahmatan Idul
Dan tiba-tiba langitpun menangis, tanpa sebuah keluhan yang mendesah dari bibirnya. Hanya tetes-tetes kecil yang terus berderai, mengalir membasahi keringnya bumi.
Entah mengapa. Tiba-tiba saja sang langit menjadi begitu melankolis, membuat hatiku semakin miris. Adakah ia t’lah mendengar seribu kisah tragis dari setitik zenith yang mungkin bercerita, tentang seorang manusia yang menikmati semesta derita tanpa setetespun airmata?
Entah mengapa. Hitam menyelimuti indahnya biru. Mungkin ia terharu, akan keteguhan sepotong hati yang sendiri. Atau mungkin ia sedih akan sebuah kenaifan yang tak tersadari.
Entahlah. Senja ini, tiba-tiba saja sang langit menangis. Tak setegar kemarin ketika ia terus berpijar di tengah prahara. Tak seceria pagi tadi saat ia terus tersenyum pada alam semesta. Senja ini, tiba-tiba saja ia menangis.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Rahmatan Idul sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.