Ali Bin Abi Thalib : "Hati orang bodoh terdapat pada lidahnya, sedangkan lidah orang berakal terdapat pada hatinya."
Alamat Akun
http://akhiwiedz.kotasantri.com
Bergabung
10 Juli 2009 pukul 05:47 WIB
Domisili
Surabaya - Jawa Timur
Pekerjaan
mahasiswa
Seorang anak yang terlahir didesa yang terpencil. Merantau dalam rangka menuntut ilmu. Punya harapan yang besar untuk membangun umat kelak dengan menjadi orang yang bermanfaat.
http://www.wahidunnaba.multiply.com
widodo@sdm-iptek.org
wiedz wonogiri
akhiwiedz
Catatan Akhiwiedz Lainnya
Inspirasi Seorang Pemimpin
24 Januari 2010 pukul 06:27 WIB
Ikatan Cinta
3 Januari 2010 pukul 12:50 WIB
Cinta Pertama Sang Duta
23 Desember 2009 pukul 14:57 WIB
Catatan
Kamis, 4 Februari 2010 pukul 22:55 WIB
Awas..! Syndrome Valentine

Oleh akhiwiedz

Ketika ada sebuah pertanyaan demikian, warna apa yang mendominasi pada tanggal 14 Februari. Tidak sedikit yang menjawab warna merah jambu. Jawaban tersebut terkait dengan sebuah istilah dan akrab disebut “ valentine”. Konon katanya hari tersebut adalah hari kasih sayang. Maka tidak jarang 14 Februari diaktualisasikan sebagai sebuah perayaan khusus disetiap tahunnya. Pemuda merupakan subjek yang menjadi aktor utama dalam perayaan ini. Alangkah ironisnya jika yang melakukan adalah pemuda muslim sendiri. Di mana komitmen terhadap ajarannya Islam sendiri? Kenapa justru perbuatan yang tidak jelas asal muasalnya diikuti? Padahal kalau memang ingin memberikan kasih sayang terhadap sesama tidaklah dibatasi oleh waktu. Hanya saja tata cara dalam Islam diatur agar tidak melanggar syari’ dan dapat bernilai ibadah.

Akan tetapi, perayaan valentine seolah menjadi kebiasaan yang wajib dikerjakan oleh sebagian orang. Ironisnya lagi ada pendapat yang mengatakan bahwa valentine yang diyakini sebagai budaya yang lahir dari agama kristen telah melibatkan sebagian besar remaja Islam untuk merayakannya. Terlepas dari data yang pasti, realitas dalam lapangan demikian ketika tanggal 14 Februari masih banyak orang Islam terutama pemuda yang termakan oleh budaya tersebut. Bentuk perayaan yang dilakukan bermacam-macam, ada yang bertukar coklat atau atau pemberian ucapan hari valentine. Lebih parah lagi jika hari itu dilakukan perayaan yang berlebihan antar lawan jenis yang mengarah pada kemaksiatan. Na’udzubillah.

Pada saat ini memang valentine dirayakan hampir diseluruh dunia dengan berbagai bentuk dan aktualisasi perayaan. Akan tetapi Islam hadir dengan tindakan yang berbeda. Islam justru hadir sebagai institusi yang menolak perayaan Valentine tersebut. Arab Saudi misalnya, sebagai wilayah yang dianggap kiblat muslim diseluruh dunia, telah mengharamkan Valentine bagi umat Islam karena dinilai sebagai perayaan kaum Kristen yang penuh kekufuran. Padahal dengan alasan yang tidak jelas, umat Islam di Indonesia (pada umumnya) sebagai negara pemeluk Islam terbanyak di dunia, telah menjadikan Valentine sebagai bahagian yang mesti dirayakan setiap tahunnya khususnya bagi para remaja.

Mungkin ada benarnya “falsafah konyol” yang menyebutkan “hukum dibuat untuk dilanggar”, sehingga dengan serta merta Valentine yang telah di klaim “haram” bagi pemeluk Islam begitu leluasa mengakrabkan diri . Masuk secara perlahan-lahan ke dalam kebiasaan segelintir umat Islam kemudian menjadi kebiasaan yang ditiru karena dilakukan secara berulang dan terbawa oleh keadaan disekitarnya. Sepertinya syariat kurang berlaku dalam tataran ini. Atau justru syariat memang tak lebih dari seperangkat aturan yang terikat ruang dan waktu, serta terkungkung keadaan tertentu, sehingga perayaan Valentine boleh jadi “bertranformasi wajah” dalam perspektif hukum Islam sesuai dengan keadaannya. Ada yang beralasan semua tergantung pada niatnya. Sebagaimana pembelaan pemikir rasional atau liberal, bahwa tidak ada statement yang qathi (jelas) didalam al-Qur’an maupun hadits terhadap pelarangan perayaan Valentine, sekalipun itu budaya yang tidak lahir dari Islam itu sendiri.

Perayaan Valentine menjadi polemik, bahkan mengundang perbincangan hangat, saat Islam turut ambil bagian untuk mengistimewakan perayaan ini. Perayaan ini dinilai salah sehingga melahirkan klaim haram bagi umat Islam yang merayakannya seperti yang terjadi di Arab Saudi. Ironisnya, fatwa “haram” untuk perayaan Valentine bagi umat Islam, tidak malah menjadikan pemeluk Islam khususnya remaja meninggalkan budaya perayaan Valentine ini, akan tetapi sebaliknya, perayaan tersebut justru mendarah daging dan “membumi” dalam masyarakat Islam pada umumnya. Apakah dikarenakan doktrin tersebut merupakan sebuah “ijtihad” baru yang kurang memiliki kejelasan hukum sebagaimana persoalan kehidupan lainnya, jelasnya fatwa “haram” terhadap perayaan Valentine agaknya kurang memiliki “makna generik” yang pada akhirnya menjadikan fatwa tersebut kurang diindahkan. Bahkan di Indonesia sendiri belum adanya kejelasan dari fatwa MUI. Sebagai pemuda muslim yang komitmen terhadap hukum Islam setidaknya kita berusaha menghindari kebudayaan tersebut melalui diri kita sendiri kemudian orang-orang terdekat kita.

Melihat kenyataan bahwa perayaan Valentine semakin subur ditengah masyarakat Islam Indonesia khusunya, agaknya syariat memang perlu menghadirkan sebuah argumentasi baru. Argumen tersebut harus memiliki makna generik serta terlepas dari sikap eksklusif yang menekankan prinsip bahwa Valentine lahir dari ajaran Kristen. Sungguhpun tidak ditemukan literatur lain selain literatur Kristen yang mampu menghantarkan sejarah Valentine, dan hal ini menandakan bahwa Valentine tidak dapat dibantah sebagai budaya yang datang dari ajaran Kristen, tetap saja ada nilai eksklusif yang akan lahir jika Islam menolak perayaan tersebut dengan alasan ini.

Argumen penolakan valentine yang ada saat ini memang belum memiliki makna yang generik. Meski bagi sebagian umat muslim tidak ada kosa kata vakentine dalam benaknya. Ada sebuah pendapat yang mengatakan , alasan yang lebih rasional dan universal untuk menolak perayaan Valentine bagi umat Islam adalah dengan mengajukan pertanyaan: untuk apa Valentine dirayakan?; cukup beralasankah 14 Februari dideklarasikan sebagai hari kasih sayang?. Maka pertanyaan ini dengan sendirinya akan menghadirkan jawaban bahwa Valentine tidak lain diperingati untuk mengenang santo Valentinus yang hanya ada dalam kayakinan Kristen. Dengan jawaban tersebut menghadirkan kesimpulan, kurang tepat jika Valentine dirayakan umat Islam dengan alasan turut merayakan hari kasih sayang. Padahal, Kristen sendri sebagai institusi yang memulai propaganda perayaan tersebut, pernah menghapuskan penanggalan ini dari kalender gereja dengan alasan sejarah yang tidak jelas. Sangat naif sekali jika umat Islam atau pemuda muslim yang notabenenya “ikut-ikutan” justru menjadi vigur yang paling “getol” merayakan Valentine tersebut. Wallahu a’lam.(wahidunnaba)

Bagikan

--- 0 Komentar ---

Indra | Full Time Jobseeker
Alhamdulillah KSC bagus banget, jadi pengen nyoba KSC Mobile-nya.
KotaSantri.com © 2002 - 2024
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.0511 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels