HR. At-Tirmidzi : "Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambil warisan tersebut, ia telah mengambil bagian yang banyak."
|
http://www.abisabila.com | |
http://facebook.com/abi.sabila | |
http://twitter.com/AbiSabila |
Oleh Abi Sabila
Menjadi pilot adalah cita-cita Faiz sejak kecil. Alasannya sederhana saja, agar ia bisa keliling dunia naik pesawat secara gratis. Tapi seminggu terakhir, Faiz mulai berfikir untuk meralat cita-citanya. Dan semua berawal dari kecelakaan yang terjadi pada pesawat Sukhoi Superjet 100 yang sedang melakukan ‘demo flight’ di Gunung Salak, Bogor, seminggu yang lalu.
“Bunda, boleh tidak kalau Faiz berganti cita-cita?”
“Boleh saja. Tapi kenapa, kok mendadak mau ganti cita-cita?” Bunda pura-pura tidak tahu kemana arah pembicaraan putra sulungnya.
“Faiz takut mati, seperti pilot pesawat itu,” jawab Faiz polos sambil menunjuk ke arah televisi yang selalu menyajikan kabar terbaru dari proses evakuasi para korban pesawat naas ini.
“Sayang, tidak ada satupun profesi di dunia ini yang anti mati. Mati bukanlah resiko dari sebuah pekerjaan, tapi satu kepastian”
Faiz meminta penjelasan melalui tatapan matanya yang menggemaskan.
“Nak, setiap yang bernyawa pasti akan merasakan mati. Mereka yang menjadi korban pesawat Sukhoi itu meninggal bukan karena mereka berprofesi sebagai pilot atau pramugari. Juga bukan karena mereka naik pesawat. Mereka meninggal ( dengan cara seperti itu ) karena memang sudah menjadi ketetapan sejak mereka masih dalam kandungan ibunya masing-masing. Selain jenis kelamin dan rejeki, sudah tercatat dengan rinci kapan, dimana dan dengan cara bagaimana ia akan mati.”
“Mereka yang naik pesawat naas itu berasal dari negera berbeda. Juga profesinya berbeda. Tapi ada yang sama dan tidak mereka ketahui, bahwa hidup mereka akan berakhir di pesawat yang sedang melakukan uji terbang ini. Jika belum waktunya, pasti ada saja jalan dan alasan untuk tidak ikut dalam penerbangan ini. Seperti yang baru saja diberitakan, sebenarnya ada seorang pejabat yang juga dijadwalkan ikut dalam penerbangan ini namun dia terlambat datang karena harus mengikuti rapat penting dengan pejabat lainnya. Intinya, kalau sudah sampai saatnya, tak ada manusiapun yang mampu menunda ataupun memajukan, begitupun sebaliknya. Semua sudah tercatat jelas dan rinci di Lauhul Mahfuz.”
Bunda diam sesaat, melirik ke arah Faiz yang mengangguk-angguk lucu, sok paham.
“Bagaimana, apa masih mau ganti cita-cita lagi?”
Faiz menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, menyeringai.
“Begini sayang, tidak apa kamu sekarang bergonta-ganti cita-cita. Waktu seumurmu, Bunda juga kerap berganti cita-cita. Tapi Bunda ingatkan, satu saat kamu harus memilih satu dari beberapa cita-citamu agar kamu bisa fokus mengejarnya. Dan satu lagi, jangan berfikir ada satu profesi yang anti mati. Bagi makhluk hidup mati itu sudah pasti, tidak melihat tua muda, miskin kaya, pejabat atau rakyat biasa, juga tidak membedakan profesi.”
Bagikan | Tweet |
|
--- 0 Komentar ---