Ali Bin Abi Thalib : "Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusan sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan kejahatan, dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya akan kehormatan dirinya."
Alamat Akun
http://jampang.kotasantri.com
Bergabung
17 April 2012 pukul 17:47 WIB
Domisili
DKI Jakarta - DKI Jakarta
Pekerjaan
PNS
Tulisan Rifki Lainnya
Kunci yang Tertinggal
27 Juli 2013 pukul 18:18 WIB
Lelaki dan Smartphone
7 Juli 2013 pukul 21:00 WIB
Sesal
28 Juni 2013 pukul 20:00 WIB
Tukang Parkir
15 Juni 2013 pukul 11:00 WIB
Di antara Bahagia dan Duka
12 Mei 2013 pukul 10:00 WIB
Pelangi
Pelangi » Refleksi

Jum'at, 2 Agustus 2013 pukul 19:00 WIB

Dibalas Kontan

Penulis : Rifki

Pernah dengar kalau ada sebuah pohon kamboja yang harganya tiga setengah juta rupiah? Pernah lihat tiga buah kelapa muda yang dihargai tiga setengah juta rupiah? Pernahkah terlintas dalam pikiran bahwa ada sebuah roll film untuk kamera yang harganya tiga setengah juta rupiah? Mungkin bagi sebagian di antara kita yang sering melihat acara reality show “Tolong!” tidak akan kaget dan heran. Acara tersebut mencari siapa penolong sejati yang bersedia menolong sesama yang sedang mengalami kesusahan.

Acara tersebut mungkin mencerminkan sifat sebagian besar dari kita yang menyaksikan, yaitu enggan untuk memberikan pertolongan kepada sesama, enggan untuk beringan tangan kepada yang sedang kesusahan, enggan untuk memberikan bantuan kecil kepada yang memerlukan, padahal kita dalam keadaan mampu untuk melakukan semua itu.

Di sisi lain, mungkin kita akan memberikan bantuan atau pertolongan kepada seseorang karena ada keyakinan bahwa dengan pertolongan yang kita berikan tersebut akan mendapatkan ‘pengembalian’ yang setimpal dari orang yang kita tolong. Hal ini mengingatkan saya kepada ucapan seseorang yang mengatakan bahwa manusia tidak akan memberikan pertolongan, kecuali dari pertolongan tersebut dia akan mendapatkan keuntungan. Benarkah demikian?

Kembali kepada acara reality show tersebut, di akhir setiap episodenya akan ditemukan seorang penolong sejati. Seseorang yang mau memberikan pertolongan tanpa pamrih. Seseorang yang ketika diminta pertolongannya teringat kepada anaknya, cucunya, keluarganya, sanak-saudaranya, bahkan dirinya sendiri ketika berada dalam posisi yang sama dengan orang yang sedang meminta pertolongan di hadapannya. Sehingga tanpa ragu, sang penolong sejati langsung memberikan pertolongan atau bantuan.

Bantuan yang diberikan sang penolong tidaklah sia-sia. Bantuan tanpa pamrihnya berbuah kebahagiaan, karena sang penolong diberikan hadiah sebesar tiga juta lima ratus rupiah atas bantuan yang telah diberikannya. Sebuah balasan kontan atas kebaikan yang dilakukannya. Sebuah balasan yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya.

Bila saja orang-orang yang dimintai tolong sebelumnya mengetahui bahwa pada akhirnya bantuan yang diberikan akan kembali kepada diri berupa sejumlah uang, niscaya tak ada satupun yang akan menolak. Semuanya akan mau menolong dan membantu. Maka tak heran bila kebanyakan manusia enggan untuk berbuat baik, karena balasannya tidaklah kontan. Seandainya balasan setiap kebaikan, sekecil apapun kebaikan tersebut, dibalas langsung oleh Allah dalam bentuk kenikmatan yang dapat dilihat dan dirasakan, pastilah kita akan semangat berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan. Seandainya balasan setiap kejahatan, sekecil apapun kejahatan tersebut, dibalas langsung oleh Allah dalam bentuk kesusahan yang dapat dilihat dan dirasakan, pastilah kita akan berusaha sekuat mungkin untuk mencegah diri ini melakukan setiap perbuatan jahat.

Surga dan neraka yang Allah ciptakan bagi manusia sebagai kediaman yang akan ditempati di akhirat nanti. Keduanya adalah hal yang ghaib. Apa yanga ada di kedua tempat tersebut, tidak pernah terlihat oleh mata, tidak pernah terdengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dan terbayang dalam hati dan pikiran manusia. Namun keduanya adalah sebuah keniscayaan. Lantas, mampukah dan maukah kita untuk berbuat kebaikan dan mencegah diri dari perbuatan kejahatan tanpa mengharap balasan kontan, tapi hanya mengharap ridha dari Allah semata?

Suka

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Rifki sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.

Eko | Karyawan BUMN
Alhamdulillah bisa bergabung lagi setelah 6 bulan aku off. Tulisannya bisa menggugah perasaan kita. Lanjutkan, saudaraku!
KotaSantri.com © 2002 - 2024
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.1103 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels