Ibn. Athaillah : "Di antara tanda keberhasilan pada akhir perjuangan adalah berserah diri kepada Allah sejak permulaan "
Alamat Akun
http://setta.kotasantri.com
Bergabung
12 Februari 2009 pukul 13:00 WIB
Domisili
Mampang Prapatan - DKI Jakarta
Pekerjaan
Analis Industri
Penikmat sastra, admin situs Cerpen Koran Minggu di http://lakonhidup.wordpress.com
http://lakonhidup.wordpress.com
setta_81@yahoo.com
setta_81@yahoo.com
Tulisan Setta Lainnya
Lembar-lembar Hidup
30 Januari 2013 pukul 15:00 WIB
Haruskah Kita Memiliki Diary?
18 Januari 2013 pukul 14:00 WIB
Momentum
17 September 2012 pukul 13:00 WIB
Menulis Jadi, Yuk!
7 September 2012 pukul 14:00 WIB
Akankah Kita Seperti Burung Beo Itu?
4 September 2012 pukul 13:00 WIB
Pelangi
Pelangi » Refleksi

Sabtu, 7 Februari 2009 pukul 03:20 WIB

Evolusi Diri

Penulis : Setta SS

Dua tahun lalu. Tak jauh dari tempat tinggal saya di Yogyakarta, ada sebuah warung makan. Warung makan AGAPE namanya. Posisinya strategis. Terletak di sisi jalan utama yang dilewati lalu lalang mahasiswa. Baik yang berjalan kaki, memakai sepeda motor, maupun berkendaraan roda empat.

Namun ada yang terasa janggal di mata saya saat itu. Dengan posisi yang strategis seperti itu, warung makan AGAPE yang buka setiap hari dari sore hingga larut malam itu, selalu sepi pengunjung. Terlihat kontras jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung warung makan yang tepat berada di seberang jalan. Padahal, dari luar tampak tidak ada perbedaan mencolok terkait tata letak ruangan di antara keduanya. Kenapa gerangan?

Saya sendiri hanya pernah sekali mampir ke warung makan AGAPE. Membeli kerupuk putih untuk menemani makan malam saya yang sudah saya beli di warung makan lain.

Belakangan, saya baru tahu alasan sesungguhnya. AGAPE ternyata adalah sebuah kata dalam bahasa Yunani yang berarti cinta. Cinta unconditional, seperti cinta tuhan atau dewa kepada umatnya. Lebih dari itu, kata AGAPE memang sudah lazim dipakai oleh kaum Nasrani. Atau dengan kata lain, AGAPE identik dengan agama mereka. Dan memang faktanya, selain menjual menu-menu halal, warung makan AGAPE juga menjual menu semur daging anjing. Begitulah.

Selama rentang waktu hampir dua tahun berikutnya, tercatat lokal bangunan yang ditempati warung makan AGAPE sempat berganti nama dan penyewa beberapa kali. Digunakan untuk usaha warung makan juga. Tapi tanpa mengubah sedikit pun dari bentuk bangunan sebelumnya.

Meskipun sudah berganti nama dan jelas-jelas sang penyewa baru menuliskan dengan font besar-besar kalimat "Dijamin 100% Halal" di spanduk yang mereka pasang, warung makan berikutnya setelah AGAPE selalu sepi pengunjung. Bahkan saat masa promosi yang memasang tarif setengah harga pun, hanya segelintir orang saja yang mampir ke sana.

Saya yang hampir setiap hari lewat di depan warung makan bekas AGAPE itu, tidak pernah tertarik lagi untuk mampir. Kekhawatiran tentang imej AGAPE yang sudah tersimpan kuat di benak saya sebelumnya, sukses mengalahkan harga promosi yang ditawarkan dan spanduk bertuliskan "Dijamin 100% Halal" itu.

Kini, di lokasi yang sama, sudah tidak berdiri lagi wujud bangunan asli warung makan AGAPE dulu. Dengan perombakan bangunan nyaris total dan perluasan area yang signifikan, di lokasi itu sudah berdiri bangunan semi permanen baru. Sebuah kedai bakso dan soto ayam/sapi.

Hampir separuh lebih dinding bangunan baru itu terbuat dari batako dan bambu wulung setinggi kurang lebih satu meter. Atapnya dari asbes putih. Di bagian depan bangunan, ada sebuah gerobak bakso dan soto. Di samping gerobak jumbo itu terdapat meja tempat beraneka macam buah-buahan. Jeruk, sawo, alpukat, dan melon untuk membuat es campur.

Sementara itu, meja-meja panjang putih berjejer rapi dengan kursi-kursi plastik di kanan-kirinya, di sisi lain bangunan baru itu. Botol saus tomat dan kecap manis, piring kecil berisi potongan-potongan kecil jeruk nipis, dan kotak tissue ada di atas meja-meja putih itu. Di beberapa meja lain juga ada wadah tempat kerupuk putih dan keripik tempe kering.

Itulah deskripsi global bangunan semi permanen baru yang dulunya adalah situs warung makan AGAPE. Meski belum seramai warung makan di seberang jalan, tetapi kini sudah terlihat ada peningkatan jumlah pengunjung. Saya yakin, akan semakin banyak pengunjung yang datang ke sana seiring berjalannya waktu nanti. Selain belum banyak warung makan sejenis di lingkungan saya, jaminan halal adalah alasan kuat berikutnya.

Betul, hanya sesederhana itu alasannya.

***

Kita dapat bercermin diri dari proses metamorfosis warung makan AGAPE yang menjual menu semur daging ajing menjadi kedai bakso dan soto ayam/sapi halal di atas. Bahwa tidak ada cara lain yang lebih manjur untuk mengubah citra diri kita yang terlanjur suram di masa silam, selain dengan evolusi diri secara totalitas, selangkah demi selangkah.

***

26 Juli 2oo8 o6:34 a.m

http://lakonhidup.wordpress.com

Suka

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Setta SS sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.

Endang Supriatna, S.Pd. | Guru
Ingin bergabung pada web yang sangat bermanfaat bagi ummat ini. Semoga web ini benar -benar menjadi media ukhuwah dan penebar ilmu. Amien.
KotaSantri.com © 2002 - 2023
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.0849 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels