HR. At-Tirmidzi : "Pena (takdir) telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering, apa yang luput darimu tidak akan menimpamu, dan apa yang menimpamu tidak akan luput darimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesabaran, kelapangan bersama kesempitan, dan bahwa bersama kesulitan ada kemudahan."
|
Ahad, 7 Juli 2013 pukul 21:00 WIB
Penulis : Rifki
Aku tiba di masjid ketika salah seorang anggota DKM sedang memberikan informasi terkait kegiatan shalat jum’at siang itu kepada para jama’ah. Demi mengejar waktu sebelum khatib naik ke mimbar, aku pun segera melaksanakan shalat sunnah tahiyyatul masjid.
Dua rakaat pun selesai. Selepas kuucapkan salam kedua, khatib mengucapkan salam.
Allahu Akbar Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar
…
Kedua sudut mataku menangkap kegiatan yang dilakukan oleh jama’ah di sebelah kanan dan diriku. Di sebelah kananku, seorang lelaki sedang khusyu’ membaca al-quran melalui smartphone. Lelaki di sebelah kiriku juga asyik dengan smartphone juga, membaca pesan-pesan di aplikasi chat.
…
Laa ilaaha illallah
Sang khatib berdiri kemudian mengucapkan tahmid, syahadat, shalawat, dan wasiat untuk selalu meningkatkan iman dan taqwa.
Kulihat kembali ke sisi kanan dan kiriku, kedua lelaki itu masih asyik dengan apa yang kedua lakukan sejak pertama kali kulihat. Ibu jari keduanya dengan lincah menggeser tampilan layar. Satu menuju ayat berikutnya, yang lain menuju pesan berikutnya.
Lalu kuarahkan pandanganku ke arah sang khatib yang kini mulai menyampaikan isi khutbahnya. Di atas mimbar yang lebih mirip disebut podium, sang khatib sedang menggunakan tab dengan ukuran yang lebih besar daripada smartphone yang berada di tangan kedua lelaki di sampingku. Kulihat sesekali jari sang khatib menyentuh layar tab dengan maksud melihat poin-poin yang akan disampaikan dalam khutbahnya siang itu.
Terkadang jemari ketiganya bergerak bersamaan di satu waktu.
***
“Barangsiapa yang berwudhu, lalu memperbagus wudhunya kemudian ia mendatangi (shalat) Jum’at, kemudian (di saat khutbah) ia betul-betul mendengarkan dan diam, maka dosanya antara Jum’at saat ini dan Jum’at sebelumnya ditambah tiga hari akan diampuni. Dan barangsiapa yang bermain-main dengan tongkat, maka ia benar-benar melakukan hal yang batil (lagi tercela) ” (HR. Muslim no. 857).
“Apabila seseorang mandi pada hari Jum’at, dan bersuci semampunya, lalu memakai minyak dan harum-haruman dari rumahnya kemudian ia keluar rumah, lantas ia tidak memisahkan di antara dua orang, kemudian ia mengerjakan shalat yang diwajibkan, dan ketika imam berkhutbah, ia pun diam, maka ia akan mendapatkan ampunan antara Jum’at yang satu dan Jum’at lainnya.” (HR. Bukhari no. 883).
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Rifki sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.