QS. Muhammad : 7 : "Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.
"
|
Ahad, 12 Mei 2013 pukul 10:00 WIB
Penulis : Rifki
Dunia penuh misteri
Ada senyum tawa bahagia
Ada luka pedih derita
Silih berganti
Dunia penuh misteri
Kadang penuh canda berseri
Kadang penuh duka tak berperi
Yang datang dan pergi
***
Pertengahan Januari 2006
Beberapa hari setelah menemani saya melaksanakan tugas pertama ke luar kota, istri saya jatuh sakit. Mungkin karena kelelahan, mungkin karena perbedaan suasana dan kondisi daerah yang kami kunjungi, atau mungkin karena sebab lain, kami tak tahu pasti. Yang jelas, istri saya merasakan kondisi tubuhnya meriang atau masuk angin. Di samping itu, salah satu lengannya terasa sakit bila digerakkan.
Untuk menghilangkan rasa sakitnya, saya berusaha untuk mengerik punggungnya sebisa saya. Cara ini biasanya berhasil untuk saya. Namun ternyata cara pengobatan tradisional ini tak berhasil untuk istri saya. Untuk beberapa hari kondisinya tidak berubah membaik. Akhirnya kami putuskan untuk memanggil dukun urut.
Mak Isah akhirnya datang juga setelah dihubungi beberapa kali. Dukun urut yang sudah berumur itu segera memulai tugasnya.
Selama Mak Isah mengurut istri saya, Ia bercerita tentang perjalanan hidupnya, mulai dari mana keahlian mengurutnya itu diperoleh, ke mana saja ia dipanggil untuk memberikan jasa urutnya, hingga berapa kali ia melahirkan anak.
Di antara kalimat yang keluar dari mulut Mak Isah yang terdengar begitu membahagiakan adalah ucapannya yang menyatakan bahwa istri saya hamil dan berjenis kelamin perempuan.
"Ini udah isi neh. Perempuan. Kalo kaga percaya, iris kuping emak," begitu ucapnya dengan penuh semangat begitu menanggap keraguan kami berdua.
Alhamdulillah...
Keesokan harinya, untuk memastikan apakah ucapan Mak Isah itu benar atau tidak, kami pergi ke sebuah rumah sakit bersalin untuk melakukan tes kehamilan. Ternyata hasil lab berlawanan dengan apa yang diucapkan oleh Mak Isah. Negatif.
***
Pertengahan Februari 2006
Malam itu, istri saya melakukan tes kehamilan sendiri dengan alat yang kami beli di siang harinya. Setelah menunggu dengan penuh penasaran selama beberapa saat, akhirnya hasilnya mulai kelihatan. Istri saya terlihat begitu gembira. Diperlihatkannya test pack kepada saya. Dua strip berwarna merah terlihat di test pack kehamilan. Satu terlihat amat jelas, sedang satunya terlihat samar. Mungkin karena waktu pelaksanaan tes yang tidak tepat, karena di bungkus test pack tersebut tertulis bahwa sebaiknya pelaksanaan tes dilakukan pada pagi hari.
"Bang, besok kita ke rumah sakit ya. Supaya yakin hasilnya gimana?" pinta istri saya.
Sayapun menyanggupinya.
Keesokan paginya kami pergi ke rumah sakit yang lebih besar dari rumah sakit yang kami kunjungi sebelumnya. Setelah mendaftar dan memberikan sampel air seni, kami menunggu. Tak beberapa lama kemudian, nama istri saya dipanggil. Seorang petugas rumah sakit memberikan hasil tes kepada istri saya. Segera saja istri saya membuka hasil tes tersebut. Sebuah tanda "+" berwarna merah dan tulisan positif yang dilingkari terlihat di dalamnya.
Alhamdulillah...
Air mata penuh kebahagiaan segera menetes di pipi istri saya. Tangis isaknya juga terdengar, membuatnya agak terbata-bata saat berkata-kata mengungkapkan kebahagiaan yang teramat sangat yang sedang menyelimuti hatinya.
Setelah keluar dari rumah sakit, segera saja kami sampaikan berita gembira tersebut kepada orang-orang terdekat. Segala puji dan syukur kepada Allah terucap dari lisan-lisan penerima berita tersebut teriring ucapan selamat kepada kami yang akan menjadi seorang ayah dan ibu.
Berita gembira tersebut sekaligus menjadi kado ulang tahun saya yang terindah yang pernah saya terima.
***
Maret 2006
Kami berpikir untuk segera memeriksakan kehamilan istri saya ke dokter. Namun kami mengalami kesulitan mendapatkan dokter kandungan perempuan. Dari beberapa rumah sakit yang kami datangi, kebanyakan dokter kandungannya adalah laki-laki. Bila ada yang perempuan, hari prakteknya tidak sebanyak dokter laki-laki.
Di hari-hari kebingungan tersebut, kami pergi menjenguk salah seorang tetangga yang baru saja melahirkan. Dari kunjungan itulah kami memperoleh informasi tempat di mana kami bisa menemukan bidan dengan pelayanan yang baik serta ramah dan biaya yang tidak terlalu mahal. Letaknya pun tak begitu jauh dari tempat kami tinggal.
Beberapa hari kemudian kami berangkat menuju rumah sakit bersalin yang direkomendasikan tetangga kami. Beruntung saat kami datang, pasien yang mengantri tidak terlalu banyak, sehingga kami tidak perlu berlama-lama menunggu giliran.
Dari perhitungan bidan di rumah sakit tersebut, usia kehamilan istri saya kurang lebih tiga bulan. Menurut bidan tersebut, di usia itu sudah bisa terdengar detak jantung sang janin. Namun pada saat melakukan pemeriksaan, bidan dan kami tidak bisa mendengar detak jantung sang janin. Mungkin masih terlalu halus bunyinya, sehingga tidak bisa terdeteksi dengan alat yang ada, begitu penjelasan sang bidan.
Pemeriksaan kali pertama ini tidak begitu memuaskan bagi kami. Kami masih ingin memeriksakan kehamilan ke dokter perempuan, jika memungkinkan sekaligus melakukan pemeriksaan dengan USG. Akhirnya, beberapa waktu kemudian kami berhasil mendapatkan dokter kandungan perempuan. Begitu ada waktu, kami segera memeriksakan kandungan istri saya ke rumah sakit di mana dokter kandungan perempuan tersebut buka praktek.
Di luar dugaan, hasil yang kami peroleh dari pemeriksaan tadi ternyata bukanlah berita baik. Berdasarkan pemeriksaan USG, dokter menyatakan bahwa usia kehamilan istri saya baru memasuki dua bulan, bukan tiga bulan seperti yang disampaikan oleh bidan sebelumnya. Dokter tersebut menambahkan bahwa kemungkinan janin dalam kandungan istri saya tidak berkembang, dan bila demikian kenyataannya, maka harus dilakukan 'kuret'.
Berita ini tentu saja mengejutkan kami, terutama istri saya. Ia sedikit shock. Untuk beberapa lama istri saya tidak ingin memeriksakan kehamilannya ke dokter.
***
Juni 2006
Setelah lama tidak memeriksaan kandungan, akhirnya kami kembali melakukan pemeriksaan. Rumah sakit yang kami datangi kali ini lumayan jauh, namun besar harapan kami bahwa kali ini kami mendapatkan informasi dan pelayanan yang memuaskan.
Setiba kami di rumah sakit, di ruang tunggunya yang cukup luas, sudah banyak pasien yang sedang menunggu. Cukup lama kami menunggu giliran. Lewat Maghrib, kami baru mendapat giliran untuk diperiksa.
Di ruang periksa, seorang dokter perempuan yang cukup senior dilihat dari perkiraan usianya mulai mengajukan pertanyaan kepada kami. Setelah dirasakan cukup, ia melakukan pemeriksaan awal berupa pengecekan detak jantung janin. Dengan alat yang ada di ruang tersebut, kami bisa mendengarkan detak jantung janin dalam kandungan istri saya dengan begitu jelas. Detaknya begitu cepat. Lebih cepat dari detak jantung manusia dewasa. Dan itu adalah keadaan yang normal.
Saat itu kami merasakan bahagia mengetahui bahwa keadaan calon anak kami normal walau hanya melalui bunyi detak jantungnya.
Setelah selesai pemeriksaan detak jantung, dokter mengajak kami ke ruang lain untuk melakukan USG. Dokter tersebut memeriksa keadaan janin dalam kandungan istri saya dengan sangat teliti. Di monitor, sesekali kami melihat bagian tubuh janin dengan jelas, seperti kepala, tangan dan telapak tangan, dan bagian tubuh lainnya.
Tiba-tiba dokter menyampaikan sesuatu kekhawatiran dari hasil pemeriksaan USG. Dokter menyatakan bahwa janin yang ada di dalam kandungan istri saya menderita asites (terdapat cairan di sekitar jantung dan rongga perut). Dokter menambahkan bahwa banyak penyebabnya yang menimbulkan asites, antara lain virus, kelainan jantung, kelainan kromosom, dan sebab lain yang tidak bisa saya ingat.
Sirna sudah kegembiraan yang kami rasakan di awal pemeriksaan. Inna lillaahi wa inna ilaihi raaji'uun.
Dokter menyarankan agar kami melakukan tes untuk mengetahui apakah kandungan istri saya terkena virus. Itupun bukan berarti bisa langsung ke dalam proses penyembuhan, tetapi hanya untuk mengetahui apa penyebab asites tersebut. Tindakan pengobatan baru bisa dilakukan bila penyebabnya telah diketahui, itupun bukan perkara yang mudah.
***
Juli 2006
Akhirnya kami memutuskan untuk melakukan tes darah lengkap untuk mengetahui apakah kandungan istri saya terkena virus penyebab asites seperti tokso, rubella, dan sebagainya.
Hasil tes yang kami peroleh semuanya negatif, yang berarti bahwa tak ada virus yang menyerang kandungan istri saya. Dokterpun menarik kesimpulan bahwa penyebabnya adalah kegagalan jantung. Saya disarankan untuk memeriksakan kandungan istri saya ke rumah sakit yang memiliki perlatan yang lebih canggih. Rumah Sakit yang dirujuk adalah RSCM.
Akhirnya kami melanjutkan pemeriksaan ke RSCM. Berdasarkan cerita istri saya, karena saya tak diizinkan ikut masuk ruang pemeriksaan, RSCM memiliki USG tiga dimensi. Dengan alat USG, istri saya bisa melihat dengan jelas bagaimana kondisi janin dalam kandungannya seperti melihat bayi yang sebenarnya. Persis seperti yang kami lihat di buku "Watch Me Grow" yang kami beli beberapa bulan lalu.
Hasil yang kami terima dari pemeriksaan kali inipun sama buruknya dengan pemeriksaan-pemeriksaan sebelumnya. Janin kami memiliki jantung yang tidak normal. Jantungnya memiliki empat ruang seperti jantung umumnya. Namun dua ruang di antara empat ruang jantungnya mengalami kebocoran sebesar 4 mm dan 5 mm. Ternyata itulah penyebab terjadinya asites. Dan semuanya berawal dari kegagalan kromosom.
Dokter RSCM memberikan dua pilihan, meneruskan proses kehamilan hingga melahirkan dengan catatan harus siap menghadapi segala kemungkinan pahit yang akan terjadi atau mengakhiri proses kehamilan. Namun dokter tidak berani menyarankan mana pilihan yang terbaik untuk dijalankan. Beliau meminta kami untuk bermusyawarah dengan keluarga tentang pilihan mana yang terbaik.
Akhirnya, saya dan istri saya memutuskan untuk melanjutkan proses kehamilan hingga melahirkan, bagaimanapun kondisi bayi kami kelak. Kami tak ingin kematian bayi kami akibat dari 'tangan' kami. Biarlah kami serahkan apa yang terjadi dengan bayi kami kelak kepada Sang Pemilik bayi kami dan kami, sambil berdo'a memohon yang terbaik bagi kami, bayi kami, dan orang-orang di sekitar kami.
***
Agustus 2006
Puisi untuk Alam Berbeda
Kulantunkan do'a terpanjat
Kupintakan pula teramat sangat
Kepada keluarga dan kerabat
Kawan dan juga sahabat
Agar bayi dan istriku sehat
Dan keduanya selamat
Kepada Sang Pemberi ni'mat
Yang tak pernah lupa kepada hamba-Nya walau sesaat
Kusampaikan pinta dalam do'a
Kupintakan pula permohonan yang sama
Kepada sanak saudara
Juga teman di manapun berada
Agar engkau terlahir sempurna
Tumbuh menghamba hanya kepada Allah semata
Berbakti dan taat kepada orangtua
Dan menjadi sebaik-baik manusia
Dimuat Ulang dari Arsip KSC # 13-10-2006
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Rifki sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.