HR. Ibnu Majah dan Abi Ad-Dunya : "Secerdik-cerdik manusia ialah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling gigih membuat persiapan dalam menghadapi kematian itu."
Alamat Akun
http://shardy.kotasantri.com
Bergabung
1 Maret 2009 pukul 13:00 WIB
Domisili
Dhoha -
Pekerjaan
Tulisan Syaifoel Lainnya
Impossible
29 Mei 2013 pukul 19:00 WIB
Hanya Pintar, Pasti Keblinger
11 Mei 2013 pukul 19:00 WIB
Menikmati Kenikmatan
17 April 2013 pukul 21:30 WIB
Membayar Magang, Kembali ke Zaman Jahiliyah
16 Maret 2013 pukul 15:00 WIB
Mengasa Jiwa Raga, Ba'da Kuliah
6 Maret 2013 pukul 11:00 WIB
Pelangi
Pelangi » Jurnal

Sabtu, 20 Juli 2013 pukul 21:00 WIB

Bergumul dengan Syetan

Penulis : Syaifoel Hardy

Orangtua jaman sekarang banyak yang mengeluhkan perilaku anak-anak mereka yang kecanduan mainan. Mereka pada bingung membedakan mana hiburan, mana mainan. Keduanya kadang bercampur, mengaburkan makna. Mainan dan hiburan anak-anak ini diakui para ahli pendidik membawa manfaat bagi perkembangan dan pertumbuhan anak. Para orangtua pun berduyun-duyun memberikan keleluasaan anak-anak mereka untuk menonton apapun yang disajikan televisi. Anak-anak kecil ini menonton apa yang seharusnya hanya boleh dilihat oleh orang dewasa. Mereka bangga membawa anak-anaknya nonton Shrek atau Spiderman, padahal bukan murni film anak-anak. Jadilah anak-anak ini 'berkembang' sebelum waktunya.

Bagi yang concerned terhadap perkembangan dan pertumbuhan jiwa anak mengemukakan TV adalah sumber pendidikan amoral bagi anak. Kelompok ini menilai TV menimbulkan dampak negatif. Sejumlah orangtua amat 'strict' pada anak-anak mereka bila lihat TV. Anak-anak hanya diperbolehkan nonton TV dengan pengawasan orangtua atau nonton bersama-sama sepanjang programnya bersifat umum. Namun siapa yang mau memelototi siaran berita atau cerdas cermat melulu?

Tidak bedanya dengan sajian hiburan anak di TV, mainan juga punya peran penting. Bentuk mainan anak amat beraneka ragam, mulai dari boneka hingga permainan elektronik. Mainan elektronik yang populer adalah Game seperti Play Station yang saat ini dengan mudah ditemui bahkan di kota-kota kecil setingkat kecamatan di negeri ini. Bentuk mainan yang amat digemari anak-anak ini berkisar balap motor, sepak bola, petualangan, dan wrestling. Apa yang muncul di bioskop, akan dengan mudah didapati di toko-toko yang menyewakan game-game ini.

Bagi orangtua berduit, sarana hiburan dan mainan ini akan disediakan dengan gampang. Namun bagi mereka yang pas-pasan, anak-anak yang mulai terpengaruh oleh pola bermain temannya, harus menabung uang saku sekolahnya, bahkan menggunakan duit buat bayar sekolahnya agar bisa menyewa mainan tadi. Sedihnya, seringkali saya melihat anak-anak ini tidak masuk sekolah pada jam-jam belajar hanya karena mainan-mainan ini.

Lihat di sebuah film berjudul Lost in Translation yang diperankan oleh Bill Murray! Film Amerika yang 100% shooting nya di Jepang itu mempertontonkan betapa negeri Matahari Terbit, jagonya pembuat mainan anak-anak ini, telah membikin anak-anak Jepang seperti kesurupan saja. Anak-anak usia sekolah, dengan dandanan yang nggak karuan, rambut dicat coklat atau merah, sepatu berukuran raksasa, loncat kesana kemari tanpa tujuan yang jelas, teriak-teriak kegirangan, di depan sebuah kotak mainan yang bunyinya amat mengganggu. Apa maunya anak-anak ini? Mirip kesyetanan? Wallahu a'lam!

Di negeri kita, pemandangan serupa sekarang ini bukan asing lagi. Jaman dulu, perilaku semacam ini dirasa aneh. Sekarang? Orang menganggap segala mainan ini wajar, sekali pun taruhannya : bikin orang susah membedakan, pemainnya sadar atau tidak! Duh! Syetan apa lagi yang mulai merasuk ke dalam jiwa anak-anak ini?

Syetan memang tidak mengenal pilih kasih. Kaum tua-muda, besar-kecil, lelaki-perempuan, kaya-miskin, pengusaha-rakyat jelata, semuanya menjadi sasaran mereka. Digoncangkan imannya. Dalam Al Qur'an, Surat Al-A'raaf, Ayat 16-17 disebutkan syetan tidak akan pandang bulu dalam menyesatkan umat manusia. Manusia akan digoda dari depan, belakang, kanan dan kiri. Para syetan ini berjuang mati-matian menyesatkan kita, dikala bangun, selagi tidur, pada waktu sekolah, kerja, istirahat, makan, minum, ke toilet, bahkan saat shalat. Kalau perlu, masuk dalam pembuluh darah kita! Kelembutan rayuan syetan (Surat Al-An'aam : 112; Surat An-Nisaa : 118-119) membuat mereka berpredikat 'makhluk halus'. Semua kegiatan kita tidak lepas dari lirikan mata syetan.

Siapapun tidak akan mampu menghindarkan diri dari tipu daya mereka, kecuali orang-orang yang tawaqqal dan mukhlis (Surat An-Nahl : 99; Surat Shaad : 82-83). Ibaratnya, jadilah kita, manusia ini, mainan syetan, kecuali orang-orang yang beriman. "I will make things on earth seem good to them and I will misled them all, every one of them except Your servants among them who are sincere," demikian kata syetan kepada Allah SWT, yang tertulis dalam Index to the Quran (Harun Yahya, 2003), terjemahan dari Surat Al-Hijr : 39-42. Dan anak-anak, generasi penerus bangsa kita, adalah sasaran empuk Tim Sukses para syetan.

Menarik sekali bahasan 'Godaan Syetan' yang dikupas oleh Bapak Jasdi Darwis semalam, di sebuah forum Majelis Taklim. Macam-macam yang didiskusikan tentang kesyetanan ini. Apa misinya syetan, mengapa mereka lakukan, bagaimana kerjanya, siapa sasarannya, adalah pokok utama yang dibahas dalam majelis. Layaknya sistem kepangkatan dalam TNI, syetan pun berstruktur dalam menggoda manusia. Mereka yang imannya rendah barangkali cukup syetan yang setaraf Kopral yang bertugas 'menyelesaikannya'. Namun kelas seorang da'i, bisa jadi butuh syetan yang 'berpangkat mayor'.

Saya jadi berpikir, memang berat sekali menghindari godaan syetan ini. Kalau menghadiri pesta ulang tahun, tanpa harus diingatkan, kita bisa berdatangan on time. Menghadiri pertandingan 17-an, bergerombol partisipannya. Apalagi pesta Peringatan Kemerdekaan yang akan kita laksanakan bulan depan. Buktikan nanti, ratusan pengunjung bakal memadati baris depan panggung gembira pesta HUT RI. Begitu menghadiri majelis taklim? Sekali pun makanan disediakan, seperti halnya kemarin, hanya diikuti 30 orang. Bagaimana jika majelis taklim tanpa makanan ya?

Pendeknya, ada saja alasan orang-orang untuk menghindar, absen dari kegiatan keagamaan. Macam-macamlah alasannya. Ada yang tidak bisa datang karena dinas; ada yang numpuk pekerjaannya; ada yang punya lemburan; ada yang kendaraannya bermasalah; ada yang karena sesuatu hal yang sangat mendesak, dan lain-lain. Pendeknya, jika diinvetarisasi, seribu satu lebih alasan. Padahal jadwal majelis sudah diedarkan sebulan sebelumnya. Kalau lupa, rasanya orang-orang ini bukan tipenya.

Itulah! Saya menyalahkan sikap para Tim Sukses syetan tadi. Hebat benar kerja mereka dalam membujuk menusia agar jauh dari mengingatNya. Seperti tim sukses partai-partai politik kita, Tim Sukses syetan tak mengenal lelah. Mereka bekerja pagi, siang dan malam. Syetan-syetan model apa pula ini? Mereka hendak menyesatkan dan tak akan menolongnya jika sudah terjerumus (Surat Al-Furqaan : 29).

Gimana bentuknya sih syetan itu? Kata Pak Lutfi, seorang peserta Majelis yang pernah kuliah di IAIN Malang. Syetan bisa dalam bentuk jin, bisa juga dalam bentuk manusia (Surat Al-An'aam : 112). Wah pantesan, menghadiri Majelis Taklim saja sulit, karena sang syetan bisa berupa istri, anak, orangtua, saudara, tetangga, rekan kerja, atau partner bisnis.

Kalau sudah aktif, para syetan ini saya percaya akan menusuk dari belakang, menekan dari depan, menyenggol dari sebelah kanan dan menyikut dari kiri. Buhul-buhulnya, kata Pak Jasdi, ada 3 macam tali yang mengikat kita di saat menjelang Shalat Fajar. Pertama saat kita tidur, kedua saat kita membuka mata, dan ketiga saat mau wudhlu. Makanya kadang saya malas bangun biar sudah dengar Adzan Subuh. Astaghfirtullah, ini memang benar-benar perbuatan syetan!

Syetan-syetan ini ternyata hebat sekali. Keberhasilan mereka nampak nyata kala kita lihat bukan hanya lewat minimnya angka kehadiran Majelis Taklim. Jumlah jama'ah shalat Fajar yang sedikit sekali, bisa jadi tolok ukur. Padahal waktu Maghrib dan Isya' bisa penuh syaf di masjid-masjid. Namun tinggal satu atau dua syaf saja waktu Subuh. Seperti tim-tim kampanye Pemilu saja, syetan-syetan in kerja ekstra keras. Bedanya, Tim Pemilu dibayar, sedangkan syetan tidak!

Tengoklah pusat-pusat perbelanjaan, fast food restaurant, gedung bioskop, alun-alun, taman hiburan hingga diskotik dan bar-bar kala matahari mulai tenggelam! Penuh dengan manusia dengan berbagai dandanan seronok dan aneh-aneh. Kesederhanaan nyaris sirna diantara kerumunan manusia yang mengunjungi tempat-tempat hiburan ini. Mereka menganggap tempat-tempat ini sebagai pelepas lelah spiritual. Astaghfirullah.

Jutaan rupiah dikeluarkan dengan tanpa tujuan yang jelas. Orang Amerika semacam Keanu Reaves, pengagum Budha, malah tidak canggung-canggung terbang ke Jepang hanya ingin mendekati patung Budha. Steven Seagle juga ingin lebih tenang bila berkunjung ke Dalai Lama, yang katanya reinkarnasi Budha di tanah Tibet. Mengengok keberhasilan syetan seperti ini, membuat Tim Sukses syetan tertawa. "Berhasil nih!" kata sang Komandan Syetan, bangga.

Karya Tim Sukses syetan boleh dibilang nyata jika berhasil membujuk kaum Muslimin menghindari perbuatan baik, dan melakukan kemungkaran. Makanya, syetan membiarkan saja kaum musryikin melakukan kebaikan. "Toh tidak ada pahalanya disisi Allah!" begitu kata Raja Syetan. Jadi ngapain mesti mengganggu orang-orang musyrik?

Pasukan syetan paling sebel jika melihat seorang muslim atau kelompok jama'ah yang melakukan dzikir, mengingat Allah, membaca Ayat-ayat SuciNya, dan memuji NamaNya (Surat Al-A'raaf : 200-202; Surat Al-Mukminuun : 97-98; Surat An-Naas : 1-5). Berlindung kepada Allah SWT dari bisikan-bisiskan syetan seperti yang terungkap dalam Ayat-ayat di atas merupakan tameng yang ampuh untuk menghindari kejahatan syetan.

Sebelum berdoa, kaum Muslimin selalu dianjurkan mendahuluinya dengan "Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk!" Lari tunggang-langganglah para pasukan syetan. Terbirit-birit dikejar api kala mendengar pembuka doa ini. Inilah benteng yang dimaksud untuk melindungi diri dari gangguan syetan dari berbagai arah, depan, belakang, samping kiri dan samping kanan.

Syetan memang licik sekali, seperti karaktek para pelaku dalam game-game anak-anak diatas. Pemeran utama dalam setiap game biasanya selalu dikeroyok oleh makhluk-makhluk yang nggak karuan bentuknya. Maklum, mereka makhluk hasil imajinasi orang-orang Jepang. Bermata besar menonjok, telinga kadang lebar, kadang seperti daun. Kulit berwarna merah, biru, hijau, kuning, dan lain-lain karakter yang tanpa bentuk layaknya manusia normal.

"Apa syetan itu seperti ini?" tanya Fauzi, 5 tahun, kepada bapaknya. Bocah kecil itu sedang memainkan Play Station. Sang pemain utama mendapatkan serangan, dikelilingi oleh bandit-bandit yang tidak karuan bentuknya dari berbagai arah: depan, belakang, kiri dan kanan. Persis seperti pola-pola bagaimana syetan-syetan menggoda dan menyerang kita.

Bagaimana kita bisa memperkuat benteng pertahanan menghadapi musuh-musuh dari segala penjuru tadi jika kita menjadi karakter utama Play Station? Pak Johan, salah seorang peserta di Majelis Taklim kami mengatakan bahwa guna menghindari serangan syetan-syetan ini, agar tameng kita kuat, perbanyaklah ibadah, baik yang wajib ataupun sunnah, perbanyak amal kebaikan, zakat, infaq atau sadaqah, sering-seringlah berdzikir, membantu meringankan beban orang lain, menghadiri majelis taklim, dll perbuatan mulia. Dengan begitu, insyaAllah syetan tidak akan mampu menggoda.

Jadi, hati-hatilah dengan mainan anak-anak ini! Kalau tidak, bukan tidak mungkin apa yang disaksikan dan digeluti oleh anak-anak kita di depan mereka, bahkan dalam kendali tangan-tangan mereka, ternyata bisa menjelma jadi syetan beneran. Tidak percaya? Hanya karena mainan-mainan ini, anak-anak jadi lupa makan, belajar, mengaji, dan shalat! Wallahu a'lam!

Suka

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Syaifoel Hardy sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.

Mutiara | Swasta
Alhamdulillah, senangnya udah bisa bergabung dengan KotaSantri.com. Jazakumullah.
KotaSantri.com © 2002 - 2024
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.2220 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels