QS. Luqman:17 : "Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). "
Alamat Akun
http://sylvia-nurhadi.kotasantri.com
Bergabung
12 Februari 2009 pukul 13:00 WIB
Domisili
Jakarta Selatan - DKI Jakarta
Pekerjaan
Ibu RT merangkap Mahasiswi
Saya dilahirkan 48 tahun yang lalu sebagai anak ke 3 dari 8 bersaudara. Sebagai anak tentara saya sering berpindah-pindah tempat tinggal. Saya menyelesaikan sekolah dasar di SD Besuki Jakarta, pendidikan menengah pertama di Sekolah Indonesia Kuala-Lumpur (SIK), Malaysia sementara SMA saya selesaikan di SMA 5 Bandung. Usai menempuh pendidikan tinggi …
http://vienmuhadi.wordpress.com
Tulisan Sylvia Lainnya
Mencermati Tindakan Israel terhadap Palestina
26 Mei 2012 pukul 13:15 WIB
Syukur
16 Mei 2012 pukul 11:00 WIB
Menghisab Diri (Muhasabah)
28 Maret 2012 pukul 14:30 WIB
Hati-hati Bahaya Yahudi!
24 Maret 2012 pukul 12:30 WIB
Pelangi
Pelangi » Risalah

Rabu, 27 Juni 2012 pukul 11:15 WIB

Cahaya Al-Qur'an

Penulis : Sylvia Nurhadi

Secara sederhana, dalam pengertian umum, cahaya adalah sesuatu yang membuat mata normal dapat melihat benda yang ada di depan kita. Cahaya paling akrab yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari dan cahaya lampu. Itu sebabnya ketika malam tiba, ketika kegelapan datang menyergap, secara otomatis kita menyalakan lampu. Sebab kalau tidak, kita tidak akan bisa melihat apapun. Dengan demikian cahaya menjadi sangat penting bagi kita semua.

Bagi pencinta fotografi, keberadaan cahaya merupakan suatu keharusan, mutlak hukumnya. Karena hanya kurang sedikit saja cahaya, kecantikan sebuah obyek foto akan berkurang. Birunya laut nan indah mempesona tetapi awan menghalanginya, maka keindahan fotopun akan sangat berkurang. Birunya laut nan indah mempesona menjadi tidak seindah biru ketika matahari bersinar cerah tanpa sedikitpun penghalang. Intinya, tanpa cahaya, keindahan warna adalah tiada. Tanpa cahaya, hidup menjadi kelabu. Cahaya adalah sumber keindahan, sumber kehidupan, sumber kebahagiaan.

Begitupun wajah manusia. Secantik apapun seorang perempuan tanpa cahaya yang memancar dari dalam dirinya, pasti nilai kecantikan tersebut akan sangat berkurang. Sebaliknya, seorang perempuan bersahaja namun memiliki cahaya dalam dirinya, pasti akan jauh lebih menarik. Iniah yang dinamakan Inner Beauty. Pertanyaannya, cahaya yang bagaimana dan bagaimanakah caranya agar kita mendapatkan cahaya Inner Beauty tersebut? Karena kita ini buatan Allah Azza wa Jalla, maka sudah sewajarnya bila yang kita buka adalah Al-Qur'anul Karim.

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu, (Muhammad dengan mu`jizatnya) dan telah Kami turunkan kepadamu cahaya yang terang benderang (Al-Qur’an).” (QS. An-Nisa [4] : 174).

“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu (Muhammad) supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji.”(QS. Ibrahim [14] : 1).

Ya, Al-Qur'anul Karim itulah cahaya yang kita cari. Tentu saja yang dimaksudkan di sini bukan Al-Qur'an sebagai kitab, lembaran-lembaran buku secara fisik. Namun isinya. Kumpulan ayat berisi perintah, larangan, dan berbagai informasi dari Sang Khalik yang disampaikan malaikat Jibril 14 abad silam kepada Rasulullah SAW selama kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari ini sebenarnya adalah sebuah cahaya yang sungguh tak terhingga nilainya. Dengannya seseorang tidak akan tersesat, terjatuh, atau tersakiti. Dengannya seseorang dapat berjalan tegap melintasi badai, angin, dan topan. Dengannya ia akan merasakan kebahagiaan hakiki.

Al-Qur'an adalah kitab berisi ayat-ayat suci yang harus diamalkan. Meski dengan hanya membaca, mendengar, dan menyimaknya, walau hanya 1 huruf, Allah SWT menjanjkan pahala yang besar, namun tanpa pengamalan cahaya tersebut tidak akan berfungsi secara maksimal.

Ibn Mas’ud RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka mendapat Hasanat/kebaikan dan tiap Hasanat mempunyai pahala berlipat sepuluh kali. Saya tidak berkata Alif lam mim itu satu huruf, tetapi Alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (HR. At-Tirmidzi).

Cahaya Al-Qur'an adalah hidayah dari Sang Pencipta. Namun tidak seperti sinar matahari atau cahaya bulan yang dapat terhalang oleh sesuatu; awan, gunung, bangunan, topi, dan lain-lain. Cahaya Al-Qur'an tidak mungkin dihalangi dan terhalangi oleh apapun, kecuali oleh hati yang benar-benar kotor. Itulah buruk sangka.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku.” (Muttafaqun alaih).

Manusia diciptakan dari tanah hitam kering yang kemudian dibentuk oleh-Nya. Ruh atau nur alias cahaya-Nya ditiupkan pada usia sekitar 3 atau 4 bulan kehamilan ibunya. Kehamilan ini akan terus disempurnakan hingga mencapai 9 bulan 10 hari.

“(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah.” Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh (ciptaan)Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya.” (QS. Shad [38] : 71-72).

Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radiallahuanhu beliau berkata : Rasulullah SAW berkata, “Sesungguhnya setiap kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging selama empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan padanya ruh.” (HR. Bukhari Muslim).

Maka ketika bayi lahir ke dunia, akibat nur-Nya inilah, setiap bayi itu bersih tanpa dosa setitikpun. Sifat-sifat Ilahiah seperti sifat pemaaf, penyayang, penolong, pemurah, dan lain-lain, mewarnai hati bayi yang baru lahir ini. Berbekal hati yang sebening kaca inilah cahaya Al-Qur'an mudah masuk meresap ke dalam hati seorang anak manusia yang rajin membaca Al-Qur'an, mengkaji, menghafal, dan mengamalkannya. Hingga dengan demikian terpancarlah cahaya sejuk dari dalam dirinya.

Sebaliknya hati yang kotor, yang penuh syak wasangka, cahaya Al-Qur'an sulit untuk masuk, kecuali atas kehendak-Nya. Syak wasangka adalah bisikan syaitan yang amat jahat. Itu sebabnya Allah SWT mengajarkan untuk membaca ta’awudz sebelum membaca ayat-ayat-Nya.

“Apabila kamu membaca Al-Qur’an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan ini tidak ada kekuasaannya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya.” (QS. An-Nahl [16] : 98-99).

Jadi hati itu sifatnya bagaikan cermin. Bila hati bersih, maka pantulan cahayanya juga bersih. Dan bila hati kotor, maka pantulan cahayanyapun kotor. Cahaya inilah yang memberi warna wajah dan tubuh kita. Dampak dari pelaksanaan rukun Islam yang 5 seperti syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji yang didirikan atas dasar ketakwaan, akan terlihat, menjema menjadi insan yang ber-ahlak yang mulia, Akhlakul Kharimah. Insan yang pandai menjaga tangan, lidah, dan hatinya dari perbuatan jahat, kotor, dan keji. Sehingga kehidupannya di dunia akan tentram dan damai. Ini baru dampak di dunia.

Rasulullah kemudian bersabda, “Umatku nanti akan datang dalam keadaan bercahaya pada dahi, kedua tangan dan kaki karena bekas wudhu mereka.” (HR. Muslim).

Pada ayat 11 hingga 15 surat Hadid berikut ini dikisahkan bahwa Allah SWT akan menganugerahkan cahaya yang bersinar di depan dan samping kanan orang-orang Mukmin, laki-laki maupun perempuan, yang mau meminjamkan pinjaman yang baik kepada-Nya. Pinjaman ini adalah perumpamaan bagi seluruh amal kebajikan yang dikerjakan orang-orang Mukmin dengan niat mencari ridha Sang Khalik.

Siapa yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak, (yaitu) pada hari ketika kamu melihat orang mu’min laki-laki dan perempuan, sedang cahaya mereka bersinar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, (dikatakan kepada mereka), “Pada hari ini ada berita gembira untukmu, (yaitu) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai yang kamu kekal di dalamnya. Itulah keberuntungan yang banyak.”

Pada hari ketika orang-orang munafik laki-laki dan perempuan berkata kepada orang-orang yang beriman, “Tunggulah kami supaya kami dapat mengambil sebahagian dari cahayamu.”

Dikatakan (kepada mereka), “Kembalilah kamu ke belakang dan carilah sendiri cahaya (untukmu).”

Lalu diadakan di antara mereka dinding yang mempunyai pintu. Di sebelah dalamnya ada rahmat dan di sebelah luarnya dari situ ada siksa. Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mu’min) seraya berkata, “Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?”

Mereka menjawab, “Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. Maka pada hari ini tidak diterima tebusan dari kamu dan tidak pula dari orang-orang kafir. Tempat kamu ialah neraka. Dia-lah tempat berlindungmu. Dan dia adalah sejahat-jahat tempat kembali.”

Di akhirat nanti, cahaya tersebut akan menerangi kubur orang Mukmin, menolong perjalanannya menyeberangi jembatan Shiratal Mustaqin serta membelanya pada pengadilan hari akhir nanti. Cahaya ini akan sangat kita butuhkan karena pada hari Kiamat, hari dimana bumi digoncangkan dengan sekencang-kencangnya goncangan, Allah Azza wa Jalla akan membenturkan matahari yang selama ini menjadi sumber cahaya bumi, dengan bumi itu sendiri. Maka pada hari itu, bumi akan menjadi rata dan gelap gulita.

“Dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia Kami hidupkan dan Kami berikan kepadanya cahaya yang terang, yang dengan cahaya itu dia dapat berjalan di tengah-tengah masyarakat manusia, serupa dengan orang yang keadaannya berada dalam gelap gulita yang sekali-kali tidak dapat keluar daripadanya? Demikianlah Kami jadikan orang yang kafir itu memandang baik apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-An’am [6] : 122).

Sementara ayat 14-20 surat Al-Baqarah di bawah menerangkan bagaimana nasib orang Munafik di alam akhirat nanti.

Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, “Kami telah beriman.”

Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan, “Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”

Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka. Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.

Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya, Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat. Mereka tuli, bisu, dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).

Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh, dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.

Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.

Demikianlah Allah SWT menurunkan Al-Qur'an sebagai cahaya bagi orang-orang yang mau menjadikannya pelindung, petunjuk, pembeda (antara jalan yang benar dan sesat), serta penerang bagi kehidupan, baik dunia maupun akhiratnya. Ironisnya, ada saja orang yang bersikeras memilih syaitan sebagai pelindung mereka. Itulah orang-orang yang kafir, orang-orang yang diperbudak oleh hawa nafsunya, yang merasa cukup senang dan puas dengan kehidupan dunianya yang kelihatannya gemerlap, padahal menipu dan hanya sesaat. Sebuah fatamorgana yang menuju pada kegelapan total, tanpa secuilpun cahaya penerang. Kegelapan mencekam ini akan berakhir di neraka jahanam dengan api abadinya yang panas membara, yang membakar dari ujung kaki hingga ubun-ubun orang yang mendustakan-Nya. Na’udzubillah min dzalik.

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2] : 257).

Wallahu a’lam bishshawwab.

http://vienmuhadi.wordpress.com

Suka

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Sylvia Nurhadi sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.

salman dikz | Karyawan
KotaSantri.com... Ya Allah, kereeeen. Tooop daaaaah.
KotaSantri.com © 2002 - 2024
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.0779 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels