Ust. Aam Amiruddin : "Sesungguhnya sepercik kejujuran lebih berharga dari sebongkah cinta. Apa arti sebongkah cinta kalau dibangun di atas kebohongan? Pasti rapuh bukan? Betapa indahnya apabila kejujuran dan cinta ada pada diri seseorang. Beruntunglah Anda yang memiliki kejujuran dan ketulusan cinta."
|
http://dekaes.com | |
mujahid.alamaya@kotasantri.net | |
mujahid.alamaya@kotasantri.net | |
mujahid.alamaya | |
mujahid.alamaya | |
http://facebook.com/alamaya | |
ponggawa.ksc@gmail.com |
Sabtu, 21 Desember 2013 pukul 20:00 WIB
Penulis : Mujahid Alamaya
Dalam beraktifitas, tentu tidak lepas dari yang namanya lalu lintas. Setiap saat, mau tidak mau, harus lewat jalan raya untuk mencapai tujuan. Rupanya, kesadaran sebagian besar masyarakat dalam mematuhi tata tertib lalu lintas masih kurang. Dapat dimaklumi jika pelanggar lalu lintas adalah mereka yang awam pendidikan, tapi itu bukanlah sebuah alasan. Siapapun wajib mematuhi tata tertib untuk kebaikan bersama.
Saya pernah dibuat kaget dengan ulah sebagian pelanggar lalu lintas yang menurut saya merupakan orang berpendidikan dan mungkin lebih paham agama. Terlihat dari cara berpakaian, sepertinya mereka memang paham agama. Jilbabnya yang lebar dan hampir menutupi badannya, membuat saya menyimpulkan demikian. Tapi di balik penampilannya, sikap mereka dalam melanggar lalu lintas membuat saya kecewa.
Pernah saya melihat seorang jilbaber yang memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi. Di lain waktu, saya melihat jilbaber yang masuk jalur busway dengan santainya. Pernah pula saya melihat jilbaber yang mengemudikan sepeda motor di atas trotoar. Dan, tak jarang saya melihat kaum lelaki yang hendak ke masjid untuk shalat berjam'ah, tapi membawa sepeda motor di jalur berlawanan alias melawan arus.
Mereka, para pelanggar lalu lintas, biasanya bersikap tertib jika ada petugas polisi. Bahkan, kadang merekapun tetap melanggar walau ada petugas polisi yang berjaga. Saya tak habis pikir dengan sikap mereka, khususnya saudara seiman yang paham akan agama. Mereka tidak mengamalkan apa yang mereka pelajari. Jikalah tidak takut pada polisi, setidaknya takutlah pada Allah SWT yang Maha Segala-galanya.
Bagi saya, tertib dengan mematuhi peraturan, apapun itu selama tidak melanggar syari'at, sama artinya dengan tertib mematuhi aturan-Nya. Maka dalam berbagai hal, termasuk dalam hal lalu lintas, saya selalu berusaha untuk tertib dan tidak melanggar peraturan. Ketika ada kesempatan untuk melanggar karena tidak ada petugas polisi, saya selalu berkeyakinan, bahwa Allah SWT Maha Melihat apa yang saya lakukan dan saya merasa berdosa jika melanggarnya.
Wallahu a'lam.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Mujahid Alamaya sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.