HR. Ibnu Majah dan Abi Ad-Dunya : "Secerdik-cerdik manusia ialah orang yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling gigih membuat persiapan dalam menghadapi kematian itu."
|
Ahad, 1 September 2013 pukul 21:12 WIB
Penulis : Muhammad Nahar
Cuaca panas siang tadi membuat saya mampir ke seorang penjual es podeng dekat warnet. Kebetulan, saat menikmati segarnya es tersebut, ada orang yang mengajak si penjual ngobrol. Si penanya rupanya ingin tahu bagaimana suka duka dan pengalaman si bapak menjual es podeng.
“Saya belajar sama bos es, dia punya konter es di berbagai mall. Saya dapat ilmu dari bapak saja sudah hutang budi besar, pak. Mau minta modal sama istri gak enak, sama mertua juga gak enak. Jadi adanya motor ya saya jual,” katanya. “Saya sampai tahu es mana yang benar-benar pakai gula, mana yang cuma mau untung gede. Kalau cuma mau untung doang bisa, tapi kan kita punya pelanggan,” tambah si penjual es itu.
Dahulu, sebelum punya langganan, bapak penjual es podeng itu seringkali hanya mendapat sedikit keuntungan. Pernah seharian jualan, bahkan sampai jam 8 malam, hanya dapat 25 ribu. Namun, karena sudah punya langganan, sehari gak jualan saja bisa dihubungi terus menerus via telepon dan SMS. Dahulu pernah jualan di Blok M, namun keuntungan berkurang karena kontrak naik, di Pluit dan Tanah Kusir malah diusir tukang es kelapa. Mungkin mereka tidak suka ada saingan. “Sempat nganggur 8 bulan saya,” kata si bapak.
Sayapun ikut mengangguk saja saat mendengar penjelasan si penjual es tersebut.
Ternyata, di balik kesederhanaan dan kebersahajaan si bapak, ada semangat juang yang luar biasa. Layak diteladani oleh semua orang yang masih produktif. Semoga saya dan siapapun yang membaca tulisan bisa meneladaninya. Aamiin...
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Muhammad Nahar sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.