Ibn. Athaillah : "Di antara tanda keberhasilan pada akhir perjuangan adalah berserah diri kepada Allah sejak permulaan "
|
![]() |
http://arryrahmawan.net |
![]() |
contact@arryrahmawan.net |
![]() |
arry.rahmawan@gmail.com |
![]() |
arry_tiui09 |
![]() |
arry.rahmawan@windowslive.com |
![]() |
arry.rahmawan@gmail.com |
![]() |
http://twitter.com/arryrahmawan |
Senin, 19 Agustus 2013 pukul 21:00 WIB
Penulis : Arry Rahmawan
“Kekayaan yang dibangun di atas kebohongan, dan kemuliaan yang dibangun di atas kehinaan adalah kekayaan dan kemuliaan yang rapuh.”
Kalimat itu saya dapatkan dari Ustadz Yusuf Mansur, yang kalau dalam ceramahnya sering kita dengar sesuatu yang kesannya memang tidak masuk akal. “Udah, ente sedekah aja. Pasti Allah akan ganti. Yakin, yakin, dan yakin aja ente.” Itu pesan yang sering saya terima dari beliau. Sewaktu saya menjalankan bisnis training di awal tahun 2010, saya orang yang skeptis. Tidak percaya. Saya percaya bahwa Allah Maha Kaya, namun cara yang diajarkan menurut saya tidak masuk logika. Apalagi di masa sekarang, di mana ‘permainan’ sudah menjadi budaya. Kalau kita tidak pandai-pandai ‘mengakali’, pasti kita akan tergilas habis tanpa sisa.
Sampai akhirnya dalam 4 tahun terakhir ini saya mengalaminya sendiri di depan mata saya. Bahwa sebenarnya memang sesuatu yang dibangun di atas sesuatu yang tidak berkah pasti akan rapuh dan menghilang dengan cepat. Saya pun yakin, bahwa Allah lah sumber dari semua rezeki, hanya kepadaNya lah tempat kita meminta. Jika kita yakin, pasti akan manis jadinya.
Berkata memang paling mudah, namun saya akan ceritakan dua kisah yang menjadi bukti nyata bahwa memang untuk masalah rezeki, kepada Allah lah kita harus bergantung. Bukan kepada orang, jabatan, apalagi profesi yang kita miliki. Saya pernah bergantung kepada selainNya, dan saya salah besar.
***
Masuk Universitas Indonesia tanpa jalur tes merupakan suatu kehormatan buat saya pada tahun 2009. Ada kejadian menarik pada waktu itu. Saya diterima di Fakultas Teknik UI, tanpa tes, dan saya senang waktu itu karena katanya sistem pembayaran di UI akan disesuaikan dengan kemampuan orang tua mahasiswa.
Saya ingat, biaya sekolah saya hanya Rp200.000 per bulan, namun kemudian saat saya kuliah melonjak hingga tujuh juta lebih per semester. Kampus apa ini? Harganya sangat mencekik leher. Bahkan dalam shalat saya pernah nangis sejadi-jadinya karena kasihan dengan orang tua. Semakin perih saat melihat teman-teman saya (yang jauh lebih kaya), mendapatkan biaya per semester dengan kisaran Rp2 – 3 juta per semester nya saja.
Belakangan saya tahu bahwa saat submit formulir itu, teman saya memanipulasi laporan dengan memfoto rumah yang bukan rumah mereka, mengurangi penulisan aset mereka, bilang tidak punya mobil dan rumah mewah. Memang tidak semua, tapi waktu itu kebetulan saya tahu ada yang seperti itu. Bahkan, saya pun seperti gelap mata ingin melakukan itu.
Tapi untunglah saya punya orang tua yang jujur. Kata ibu, biarlah mahal yang penting berkah. Rezeki Allah itu luas. Kalau berkah, insyaAllah akan dimudahkan jalannya.
Saya sedih, sebenarnya. Namun apa yang ibu katakan ada benarnya. Gara-gara bayar mahal itu, ternyata memang Allah membuat skenario terbaik. Saya tidak main-main dengan kuliah ini. Selama kuliah di UI, setelah saya hitung-hitung saya mendapatkan sebuah pembelajaran yang jauh lebih berharga daripada sekedar membayar uang sebesar itu.
Allah memang punya jalannya sendiri, selama kita yakin bahwa rezeki Allah itu luas. Yang penting sesuai dengan arahan dan firmanNya.
***
Walaupun saya sudah membuktikan di depan mata, namun percaya dan yakin bahwa rezeki Allah itu luas adalah sesuatu yang benar-benar sangat sulit! Apalagi kalau misalnya kita dalam posisi yang sangat terdesak dalam memilih. Beberapa kejadian unik saat saya menjalankan bisnis di CerdasMulia Training, ada beberapa tantangan seperti berikut ini:
Di saat saya sangat memerlukan uang untuk membayar orang, saya mendapatkan tawaran mengisi training dengan fee lumayan namun disuruh menandatangani kuitansi kosong
Di saat saya perlu biaya untuk bisa menghadiri training sertifikasi di luar kota, datang tawaran pelatihan dari institusi pendidikan yang mensyaratkan saya untuk memberi komisi kepada pimpinan sekolah sebesar 20% (dihitung-hitung masih untung besar).
Kejadian ini paling sering saya alami. Menerapkan kata-kata di awal tulisan ini, tidak semudah membalik telapak tangan. Awalnya, saya pikir hal itu tidak apa-apa dan baik-baik saja. Namun kemudian muncul masalah-masalah, mulai dari materi training yang dibawa kabur dan diduplikasi, hingga orang-orang kepercayaan saya yang mengundurkan diri.
Saya pun kemudian belajar dan semakin yakin untuk menolak hal-hal seperti itu, partner bisnis, jaringan luas, order, proyek, tidak hentinya datang dengan sendirinya tanpa perlu repot dan susah payah untuk mencarinya, seperti disodorkan saja kesempatan itu, alhamdulillah. Allah menggantinya dengan peluang yang tidak terduga. Jika kita yakin rezeki Allah luas, kita tidak perlu takut kehilangan rezeki hanya karena orang lain tidak jadi mengontak kita karena kita tidak mau kompromi dengan hal seperti itu. Keberkahan dalam bisnis sama penting dengan strategi dan action nya. Ini memang sulit, karena kita perlu membumikan logika langit. Namun jika kita sudah yakin dan percaya, akan banyak keajaiban yang terjadi. Silakan dicoba.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.