QS. Al-Hujuraat : 13 : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
|
http://arryrahmawan.net | |
contact@arryrahmawan.net | |
arry.rahmawan@gmail.com | |
arry_tiui09 | |
arry.rahmawan@windowslive.com | |
arry.rahmawan@gmail.com | |
http://twitter.com/arryrahmawan |
Ahad, 2 Juni 2013 pukul 19:00 WIB
Penulis : Arry Rahmawan
Mobil banyak, duit berlimpah, rumah mewah, gadget bagus, belanja banyak, royal, bisa main golf, dan jalan-jalan keliling dunia. Inilah beberapa hal yang saya temui menjadi impian setiap orang, apalagi mereka yang ingin terjun ke dunia bisnis. Alasan yang umumnya mendorong seseorang untuk terjun ke bisnis adalah karena ingin mengubah hidup menjadi kaya raya. Bahasa singkatnya, ingin memiliki materi lebih banyak dari orang rata-rata.
Seringkali kita juga merasa kagum dengan pengusaha sukses yang memiliki banyak ajudan, pakaian perlente, mobilnya banyak, gaya hidupnya mewah, omzet miliaran, dan seringkali juga kita menjadikan mereka sebagai role model. Ada satu hal yang menurut saya sangat penting untuk diketahui oleh seorang studentpreneur sebelum memulai bisnis agar diberikan kelancaran, "Apakah tujuan akhir dalam bisnis kita?"
Begin with the end of mind, adalah hal yang saya selalu ingat di buku 7 Habits Stephen Covey. Kita perlu melihat segala sesuatunya dari akhir pemikiran kita. Termasuk dalam memulai bisnis, apakah yang menjadi tujuan akhirnya?
Apakah menjadi kaya raya? Apakah membuka lapangan pekerjaan? Apakah ingin hidup santai, mewah, dan nyaman? Apakah ingin punya mobil yang banyak? Atau hal-hal lainnya?
Menentukan tujuan akhir yang berbeda, akan menentukan pula bagaimana kita berlaku terhadap bisnis kita. Sebagai contoh, saya punya kenalan seorang yang (katanya) pengusaha dari sebuah himpunan. Menurutnya, inti dari bisnis itu adalah uang yang harus disertai dengan penampilan. Sewaktu dia diundang untuk memberikan acara, ajudannya banyak, ingin disediakan tempat khusus, bahkan ingin disediakan ‘minuman’, dan tidak jarang juga meminta diantar ke diskotik. Sebagai pengusaha, kita harus menjaga gaya hidup seorang pengusaha, yaitu bosnya jalan dan senang-senang, tapi bisnis tetap jalan katanya. Selang beberapa lama kemudian, bisnisnya hancur. Ternyata semua penampilannya berdasarkan dari hutang-hutang yang tidak bisa dikembalikan. Ternyata, tujuan orang ini punya bisnis adalah ‘ingin dihormati dan diperhitungkan sebagai orang kaya'. Padahal, semua asetnya adalah hutang. Hal ini pernah menjadi inspirasi bagi saya untuk menulis Beda antara Orang Kaya dan Terlihat Kaya.
Ada lagi saya pernah menemukan seorang pengusaha bidang fashion yang sangat sederhana. Saya awalnya tidak mengenalnya, kemudian saya diajak untuk mengunjungi rumah tahfidz binaan beliau. Saat saya tanya apa saja bisnisnya, ternyata berawal dari omzet ratusan ribu per bulan, sekarang sudah miliaran. Saya kaget. Bagaimana caranya? Dia hanya menjawab, “Bisnis itu tujuan akhirnya adalah mendekatkan diri kita kepada Allah. Keuntungan bisnis yang saya terima pada awalnya dulu, selain diputar kembali, juga saya investasikan untuk rumah tahfidz. Saya ingin bisnis saya ini berkontribusi melahirkan para hafidz Qur'an. Dari situ ternyata saya mendapatkan do'a dari mereka. Dido'akan agar bisnis saya lancar, dan ternyata Allah menjawabnya. Omzet saya semakin naik, rumah tahfidz pun sekarang semakin banyak. Jika semakin suksesnya bisnis kita, namun malah menjauhkan seseorang dari tuhannya, buat apa?
Jujur saya tidak pernah silau dengan pengusaha sukses yang kaya hanya untuk dirinya sendiri. Saya tidak kagum terhadap mereka yang mobilnya banyak, rumahnya banyak, jalan-jalan keliling luar negeri, namun semua untuk dirinya sendiri. Saya lebih kagum terhadap mereka yang tampil apa adanya, walaupun bisnisnya miliaran rupiah, tampil setara dengan orang lain, namun berkontribusi mengembangkan banyak orang. Mereka inilah yang memulai sebuah tujuan akhir dalam bisnis untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Arry Rahmawan sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.