HR. At-Tirmidzi : "Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Maka barangsiapa mengambil warisan tersebut, ia telah mengambil bagian yang banyak."
|
![]() |
http://febrianhadi.wordpress |
![]() |
febrianhadi |
![]() |
http://facebook.com/Febrian Hadi Santoso |
![]() |
http://twitter.com/febrianhadi |
Rabu, 10 April 2013 pukul 19:00 WIB
Penulis : Febrian Hadi Santoso
Terbilang cukup lama tidak menulis lagi di rumah virtual ini sejak sulit login dua bulan lalu. Kurangnya membaca akhir-akhir ini seakan-akan tertutup dari inspirasi dan imajinasi yang kemudian di-share di rumah virtual ini. Namun kurang elok rasanya bila menyalahkan keadaan, sedang niatan belum pernah dilakukan. Beruntung segera kusadari bahwa diri ini haruslah tetap belajar. Teringat pada pesan sang guru bahwa; “Belajar itu bukan untuk sesiapa yang berstatus pelajar, namun jua status yang di luar itu.”
Benar rasanya bila ilmu adalah cahaya. Tanpanya kita adalah jiwa-jiwa yang kelam. Oleh sebab itu, menuntut ilmu adalah hal yang wajib, begitu sabda nabi. Belajar sesuatu memang ada tahapannya, namun belajar dari awal terkadang memang dibutuhkan, sebab akan menambah pemahaman atas apa-apa yang terlewatkan.
Nasihat lain berkata; “Bila kau temui sebuah ilmu lalu kau berkata ‘aku sudah tahu’, maka belajarlah lagi, sebab kau tak memahami apa-apa yang dikandungnya.” Ada yang menggelitik pikiranku pada kata ‘aku sudah tahu’. Memang kata tersebut sering terlintas dalam pikiran meski tak sampai terucap dalam lisan. Mungkin ini yang disebut tembok penghalang para pendulang ilmu untuk memahami. Sungguh dalam mendulang ilmu, wahai diri, harus memahami adab menuntut ilmu.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Febrian Hadi Santoso sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.