Ali Bin Abi Thalib : "Hati orang bodoh terdapat pada lidahnya, sedangkan lidah orang berakal terdapat pada hatinya."
|
![]() |
http://hifizahn.multiply.com |
Senin, 3 Oktober 2011 pukul 16:00 WIB
Penulis : Hifizah Nur
Satu siang di kelas bahasa Jepang, saya kembali menemukan karakter unik orang Jepang. Saat itu, kami sedang asyik membicarakan tentang pemerintah Jepang yang sedang sibuk menangani dampak tsunami (Perdana Menteri Jepang saat itu masih Naoto Kan, sebelum mengundurkan diri karena gagal menangani krisis dampak tsunami, terutama rusaknya PLT Nuklir di Fukushima). Sensei sendiri yang bilang, siapapun pemimpinnya, rakyat Jepang tidak terlalu peduli. Yang penting bagi mereka adalah bisa berbuat sesuatu untuk masyarakat.
Saya pikir, karakter inilah salah satu alasan yang membuat Jepang bisa menjadi negara maju, sejajar dengan negara Amerika dan Eropa. Yang menakjubkan, itu terjadi hanya dalam rentang kira-kira 50 tahun setelah hancur diserang bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki. Bayangkan dengan Indonesia yang sudah merdeka 60 tahun lebih, namun masih saja disebut negara berkembang.
Jepang memang terkenal dengan kedisiplinan dan kerja kerasnya. Tapi mungkin tidak banyak yang tahu kalau orang Jepang sedikit sekali yang tertarik dengan dunia politik. Partisipasi politik orang Jepang termasuk rendah bila dibanding Indonesia. Sebagian malah tidak peduli dan cenderung hopeless dengan kinerja kepala negara dan menteri-menterinya. Pemerintah boleh berbuat apa saja yang mereka suka, rakyatnya hanya bilang, "Emang gue pikirin!!"
Mungkin juga karena perancang kebijakan Jepang jaman dulu sudah berpikir, bagaimana membuat sistem pemerintahan yang kuat, yang tidak bisa dengan mudah diutak-atik. Jadi siapapun yang memimpin, sistem itu bisa berjalan dengan baik.
Rakyat Jepang lebih suka berpikir dan memecahkan masalah-masalah yang ada di lingkungannya sendiri. Karena itu ide-ide kreatif banyak bermunculan dan bisa mengatasi berbagai macam persoalan-persoalan di masyarakat. Apalagi karakter senang bekerja keras dan jujur, serta karakter malu kalau sampai tidak mampu menjalankan tugasnya dengan baik, tertanam kuat dalam benak masyarakat Jepang.
Iri? tentu saja. Saya sangat ingin Indonesia menjadi negara maju, dan rakyatnya memiliki sifat-sifat mulia. Namun saya tak punya ide, bagaimana bisa mewujudkan mimpi itu.
Bangsa Indonesia memiliki jumlah penduduk sekitar 300 juta jiwa. Berapa banyak manusia pekerja keras, jujur dan malu berbuat salah, yang dibutuhkan untuk merubah negeri ini?
Dari mana harus memulai? Dari sistem kah, dengan mengubah kebijakan pemerintah? Atau dari media massa, mengajak agar mereka mau menjadikan media yang lebih mencerdaskan, bukan malah memperbodoh masyarakat? Dari pendidikan? Ini penting, namun menabung SDM, hasilnya tidak akan dicapai dalam waktu singkat.
Terlebih lagi, sepertinya kerja-kerja itu terlalu besar untuk saya yang hanya orang kecil ini.
Saat ini, cuma satu solusi yang bisa saya tawarkan. Berusaha merubah diri agar bisa memiliki karakter-karakter mulia itu. Mungkin dengan ini, saya bisa berusaha merubah keluarga dan masyarakat di sekitar. Semoga nantinya, seluruh Indonesia pun akan bisa berubah.
Harapan itu masih ada!
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Hifizah Nur sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.