Pelangi » Refleksi | Sabtu, 28 Maret 2009 pukul 15:33 WIB

Susahnya Menjaga Keikhlasan

Penulis : Ratu Karitasurya

Ada sebuah pertanyaan yang menggelayuti pikiran saya, ketika teman saya bertanya, "Sudahkah kamu ikhlas sebagai Hamba Allah, Ratu?" Ya, pertanyaan itu begitu dalam bagi saya, menampar-nampar diri saya yang kerdil ini. Sulit bagi saya untuk mengukur sejauh mana keikhlasan saya dalam beribadah, atau justru memang tidak ada keikhlasan sama sekali? Na'udzubillahi min dzalik.

Ketika kita bisa mencintaiNya dan Ikhlas menjadi hambaNya, terasa kita begitu "mencanduNya", neraka pun tak mengapa asalkan mendapat ridhaNya, syurga bukan lagi tujuan utama, karena itu adalah sebagian bukti cintaNya. Begitulah selalu Rabiatul Adawiyah berdo'a, untuk mendekatkan diri pada Sang Kekasih Hati agar bisa merasakan keikhlasan ketika menjadi hambaNya.

"Mbak, saya mau minta air satu ember, karena sumur di rumah kami kering," begitu pinta tetangga saya di suatu pagi. Walaupun saya mengizinkannya untuk mengambil satu ember air dari dalam rumah, ternyata saya tidak bisa menyembunyikan ketidakikhlasan, dengan wajah yang masam, ketika tetangga saya berlalu sambil mengucapkan terima kasih yang cukup tulus terpancar dari wajahnya.

Sementara dalam hati saya sudah berkecamuk berbagai macam prasangka kepadanya, "Pagi-pagi sudah ganggu orang." Suara bisikan itu sudah merasuk ke dalam hati saya. "Astaghfirullah," bisik saya perlahan. Hanya karena seember air, saya sudah berlaku tidak adil pada tetangga, karena sebenarnya dia juga mempunyai hak untuk diberi pertolongan.

Mungkin seember air itu memang diperlukan oleh tetangga saya untuk memasak air minum untuk keluarganya, mungkin seember air itu diperlukan untuk keperluan mandi anaknya yang mau berangkat sekolah. Bagaimana jika Allah menghendaki sumur di rumah saya yang kekeringan? Hanya karena ketidakikhlasan memberi seember air, rusak sudah amalan saya dan tidak bernilai apapun di sisiNya.

Baru saya sadari betapa tidak ikhlasnya saya dalam beramal. Seringkali kita terasa berat mengerjakan amalan-amalan yang ringan, dikarenakan kurang ikhlas dalam mengamalkannya. Astaghfirullahal 'adzim.

"Kecuali orang-orang yang tobat dan mengadakan perbaikan dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas (mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala yang besar." (QS. An-Nisa : 146).

KotaSantri.com © 2002-2023