HR. Al Hakim : "Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang shaleh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam, dan berdiam adalah lebih baik daripada berbicara (ngobrol) yang buruk."
|
Ahad, 18 Agustus 2013 pukul 20:00 WIB
Penulis : Muhammad Nahar
Kedua lelaki berbeda usia itu saling berhadapan, mereka berdua masing-masing memegang sebilah pedang kayu. Mereka seakan tak peduli deburan ombak yang menghiasi pantai malam itu. Keduanya saling bertatap tajam.
Tiba-tiba, teriakan keras seakan memecah sunyi malam itu, mengalahkan deburan ombak pantai tersebut. Kedua lelaki itu saling menyongsong satu sama lain dengan pedang kayu mereka. Sekejap kemudian, suara kayu beradu terdengar silih berganti, memecah kehingan malam di pantai tersebut.
Sang pemuda, walaupun lebih muda dan kuat, tidak bisa mengimbangi permainan lelaki tua itu. Beberapa kali sang pemuda terpukul pedang kayu lawannya, masih untung bukan bagian yang vital. Si tua rupanya tidak ingin menyakiti sang pemuda lebih daripada yang diperlukan. Orang tua itu ingin mendidik si pemuda, bukan membunuhnya. Namun, benturan pedang kayu orang tua itu sepertinya sudah cukup untuk melumpuhkan perlawanan si pemuda.
“Jahe tua memang pedas rasanya,” kata si pemuda sambil memuntahkan darah seraya berlutut. Gumpalan darah itupun larut ke dalam pasir pantai.
Si pemuda bangkit kembali walau dengan susah payah dan bersiap meneruskan pertarungan. Tubuhnya bergetar menahan rasa sakit yang menjalari seluruh tubuhnya.
“Bangun,” kata petarung yang lebih tua. “Kau belum siap.”
“Tapi ayah,“ protes si pemuda.
“Emotional content, not anger,” kata ayahnya. “Remember that.”
“Apa perbedaan antara kedua hal tersebut?” kata si pemuda sambil menghapus darah di bibirnya?
“Sulit untuk dijelaskan. Kau akan mengerti saat dewasa nanti,” kata sang ayah.
Si pemuda pun membisu, sehening malam di pantai itu.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Muhammad Nahar sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.