Pelangi » Pernik | Ahad, 4 Agustus 2013 pukul 21:21 WIB

Baju Lebaran Ifa

Penulis : Redaksi KSC

"Kak, si Anto sudah punya baju lebaran," Dika bersuara pelan, dia duduk di kursi panjang anyaman bambu, di samping kakak perempuannya, tangannya masih asyik memajumundurkan mobil-mobilan dari kulit jeruk Bali-nya.

Sang kakak menghentikan sejenak pekerjaan memarut kelapanya. Dua hari lagi lebaran.

"Dia ingin dibelikan baju baru juga, seperti teman-temannya,"batin Ifa bergumam.

Ibunya masih di belakang, mencuci baju-baju tetangganya. Semenjak ayahnya meninggal, praktis ibunya Ifa yang menanggung semua kebutuhan keuangan.

Matahari pagi masih hangat menembus bilik-bilik kayu rumah mereka. Ifa menatap adiknya, dia tersenyum tenang, "Baju lebaran mah ngga terlalu penting, yang penting sekarang Dika sudah bisa puasa penuh selama sebulan, ngga setengah hari lagi kan, berarti Dika sekarang udah menjadi anak yang shaleh," alasan yang terlalu dipaksakan, tidak ada alasan lain.

Dia mengenggam kedua tangan adiknya yang masih berusia tujuh tahun, badan mereka berhadap-hadapan. Menanti tanda persetujuan. Lama, sang adik mengangguk.

Tidak tega ia meminta kepada ibunya, tunggakan bayaran sekolahnya pun sudah dua bulan belum juga diberikan.

***

Hari lebaran.

"Dika, ayo bangun, kamu mau ikutan shalat Id ngga?" sang kakak mengguncang-guncangkan tubuhnya.

Dika tetap tiduran. Mungkin malu karena tidak punya baju baru.

Sang ibunya pun sudah berusaha membangunkan, tapi perasaan para ibu memang tercipta halus, tahu, dan paham alasan-alasan ketika anak mereka bertingkah. Raut wajahnya terlihat sedih. Tidak bisa membelikan baju baru.

Ifa membuka lemari pakaiannya, mencari-cari pakaian yang masih layak untuk hari raya. Dilihatnya sebuah rok warna hijau yang tidak terlalu lusuh, dia memang sudah mempersiapkan sebelumnya, mencucinya bersih, menyetrikanya rapi.

***

Selepas shalat Ied.

Semarak suasana lebaran, bersalam-salaman, anak-anak kecil berlari-larian, wangi baju baru, lekukannya saja masih terlihat, sepatu dan sandal baru, sarung, peci, dan baju koko baru.

Ifa menatap rok hijaunya, ada sedikit jahitan di ujungnya.

"Lho, mana baju barunya, Fa?" pak Eko, sang ketua RT menyapa setelah Ifa bersalaman, mencium tangannya.

"Ketinggalan, pak," sahutnya pendek.

"Ketinggalan di mana?"

"Masih ketinggalan di toko baju, pak," Ifa mengelak, sedikit tertawa, mereka sama-sama tertawa.

Dika, adiknya Ifa masih mengunci diri di kamar rumah, malu. Ifa masih bisa tersenyum melewati jejeran baju-baju baru yang berlarian dan berseliweran ke sana ke mari, bersalam-salaman.

Syamsul Arifin # Dimuat Ulang dari Arsip KSC # 31-10-2008

KotaSantri.com © 2002-2024