Umar bin Khattab : "Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut."
Alamat Akun
http://kopiradix.kotasantri.com
Bergabung
1 Mei 2009 pukul 23:11 WIB
Domisili
Jakarta Selatan - DKI Jakarta
Pekerjaan
Mahasiswa
Tulisan Muhammad Lainnya
Shalat Bukanlah Sekedar Ritual
24 November 2013 pukul 18:00 WIB
Bencana dan Interaksi Energi
20 November 2013 pukul 19:00 WIB
Tuntutan Pengemis
18 November 2013 pukul 17:00 WIB
Pertaubatan di Pinggir Danau
10 November 2013 pukul 22:00 WIB
Kita dan Rasa Malu
1 November 2013 pukul 21:00 WIB
Pelangi
Pelangi » Percik

Selasa, 26 November 2013 pukul 20:00 WIB

Sebuah Ruang Bernama Hati

Penulis : Muhammad Nahar

Hati adalah cermin
Tempat pahala dan dosa bertarung

Demikian syair lagu yang didendangkan oleh Bimbo. Hati manusia memang arena pertarungan yang idak ada habisnya, antara pahala dan dosa, antara nurani dan ego. Hati bisa menjadi sebuah “sanctuary” tempat berteduh dari segala macam masalah, tapi hati itu sendiri bisa menjadi sumber masalah. Terutama bila hati itu dikotori beraneka ragam keinginan.

Jika hati itu penuh syukur, maka seluruh tubuh akan merasakan nikmatnya. Bahkan mungkin banyak orang yang akan merasakan manfaatnya. Bukan tidak boleh punya keinginan, yang tidak boleh adalah diperbudak keinginan. Terkadang, keinginan untuk segera mewujudkan keinginan itu malah menghambat kemampuan kita untuk mampu mewujudkan keinginan itu.

Rasa syukur membuat hati menjadi ringan dan tenang. Rasa syukur membuat hati menjadi bersih dan hati yang bersih adalah hati yang penuh rasa syukur. Sebaliknya, kurangnya rasa syukur membuat hati menjadi gelap dan pekat. Di sisi lain, hati yang gelap dan pekat membuat pemiliknya sulit mensyukuri segala nikmat yang diberikan kepadanya.

Bayangkanlah sebuah ruang yang lapang dan luas, putih bersih tiada setitik debupun di dalamnya. Langit-langitnya lebih tinggi dari langit dunia, ujung ruangan itu lebih jauh dari pandangan mata. Udara yang segar mengalir ke dalamnya dan kilauan lantainya bercahaya putih lembut, terang benderang namun tidak menyilaukan mata. Begitulah gambaran hati manusia yang bersih dari segala macam keinginan duniawi. Hanya rahmat dan keridhaan Allah sajalah yang diharapkan hadir di ruang itu. Ruang bersih, rapi, dan sejuk. Sebuah ruangan yang udara segar mengalir di dalamnya dan membuat siapapun merasa senang dan betah berada di sana.

Rasa syukur membuat hati bagaikan ruangan yang lapang tersebut. Mensyukuri nikmat yang diberikan Allah SWT setiap hari bagaikan menjaga kebersihan sebuah ruangan. Sampah dan debu yang mengotori setiap hari disapu dan dikeluarkan, sehingga kebersihan ruangan tetap terpelihara. Terkadang kelalaian pemilik hati menjaga kebersihan hatinya membuat kotoran emosional sampai berkerak dan terpendam. Sedikit ketersinggungan sudah lebih dari cukup untuk memicu reaksi emosional yang berlebihan.

Hati orang yang tak terjaga akan menjadi kotor, penuh rasa dengki serta dendam. Hati itu bagaikan gua bawah tanah yang mengerikan. Lahar panas bergejolak dan mengalir membentuk sungai-sungai mengerikan sementara makhluk-makhluk serupa naga berwarna hitam berterbangan sambil menyemburkan api. Atau bagaikan pembuangan sampah yang berantakan dan tidak terawat dimana sampah organik dan non organik bercampur menimbulkan bau busuk yang menyengat. Akankah rahmat dari Allah SWT yang merupakan bekal kita menuju surga akan kita simpan di ruang hati yang seperti itu? Layakkah kita masuk ke surgaNya, padahal ruang hati kita bagaikan neraka yang menyiksa jiwa kita dan orang lain terus menerus siang dan malam?

Ruang hati ada pada setiap manusia, miskin ataupun kaya, berpendidikan ataupun tidak, dari suku bangsa manapun dia berasal. Allah SWT menciptakan ruang hati sebagai tempat penilaian, akankah seseorang layak masuk dan menikmati sajian Surga yang penuh kenikmatan dariNya. Ataukah lebih pantas disiksa di Neraka yang bergolak mengerikan, sama dengan pergolakan ruang hatinya saat hidup di dunia?

Suka

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Muhammad Nahar sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.

M. Hilmy | Wiraswasta
Insya Allah... Isinya ringan seperti kapas, berbobot seperti baja, dan dalam seperti samudera.
KotaSantri.com © 2002 - 2024
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.3471 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels