HR. Al Hakim : "Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang shaleh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam, dan berdiam adalah lebih baik daripada berbicara (ngobrol) yang buruk."
|
![]() |
http://kotasantri.com |
Selasa, 1 Oktober 2013 pukul 22:00 WIB
Penulis : Redaksi KSC
"Adalah termasuk orang yang bodoh, mereka meninggalkan apa yang sudah dimilikinya, karena hendak mencari yang baru, dalam satu waktu, padahal Allah SWT telah memilih baginya pada waktu itu."
Jikalau Allah SWT menegaskan kepada para hambanya tentang hal ihwal sesuatu, tidaklah bertentangan dengan hukumnya sendiri, sehingga dijelaskan tentang tata cara dan adab yang baik sesuai pula dengan ikhtiar manusia.
Tujuan peraturan dari Allah SWT bagi manusia yang berkaitan dengan pekerjaan yang telah dianugerahkan Allah. Seorang hamba dengan apa yang telah dianugerahkan kepadanya, sebaik-baiknya tetap teguh kepada pekerjaannya.
Hanya orang bodoh yang akan meninggalkan pekerjaannya dan akan merubahnya dengan mencari yang baru, padahal Allah SWT belum berkehendak untuk itu. Semua perilaku dan amal ibadah hamba telah ditetapkan oleh Allah sejak semula di zaman azali.
Merubah sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah sangat mustahil, kecuali Allah telah menghendakinya. Perubahan dari satu keadaan kepada keadaan yang lain ditetapkan oleh Allah adalah juga sesuai dengan sunatullah dan peraturan alamiyah dan kebiasaan pada manusia sendiri.
Adalah sangat tidak pada tempatnya (bodoh) apabila seseorang ingin merubah keadaannya diwaktu Allah telah menetapkan dirinya pada satu waktu yang telah ditentukan.
Tidaklah benar seorang yang sedang sakit meminta disembuhkan pada waktu itu juga. Orang miskin minta menjadi kaya tanpa adab dan cara, pada waktu tertentu.
Ketetapan Allah bagi manusia dengan kodrat dan iradatNya tidak menyalahi kondisi manusia itu sendiri yang alami. Kehendak Allah atas manusia adalah pemberian Allah yang ditetapkan sesuai dengan rahmat dan kasih sayangNya. Iradat Allah atas manusia sesuai pula dengan ikhtiar manusia untuk dirinya.
Kehendak Allah (taqdir) adalah hukum yang tak dapat dirubah, sedangkan ikhtiar manusia adalah izin Allah yang ditugaskan kepada manusia untuk mendapatkan rahmat Allah. Hasil dari ikhtiar itulah yang dinamakan taqdir. Menerima taqdir Allah hendaklah dengan ridha, sabar, dan tawakal.
Dari Mutu Manikan Kitab Al-Hikam
Abu Luthfi Ar-Rasyid # Dimuat Ulang dari Arsip KSC # 28-05-2008
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Redaksi KSC sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.