HR. Ad-Dailami : "Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi aib orang lain."
|
fziah05@ymail.com | |
http://facebook.com/fauziah humaira | |
http://twitter.com/sihaizirah |
Jum'at, 24 Juni 2011 pukul 11:11 WIB
Penulis : Fauziah Humaira
Anak kecil maupun orang dewasa, pintar ataupun bodoh, laki-laki atau perempuan tidak ada pengecualian, semua tahu apa itu surga dan neraka. Intinya, surga adalah tempatnya orang baik-baik yang dipersembahkan dengan keindahan dan kedamaian. Sebaliknya, neraka adalah tempatnya orang-orang yang banyak melakukan dosa, tempat yang hina dan sangat jorok.
Surga dan neraka juga menunjukkan eksistensinya Sang Pencipta. Kita yang merasakan hidup di dunia yang konon dikatakan oleh penyair kelas dunia (Shakspears) sebagai panggung dunia, setiap kita mempunyai peranan untuk mengakhiri plot yang telah direncanakan oleh yang Mahaagung itu.
Apakah kita semua benar-benar tulus menyembah padaNya
Atau mungkin kita hanya takut pada neraka dan inginkan surga
Jika surga dan neraka tak pernah ada masihkah kau bersujud kepadaNya
Jika surga dan neraka tak pernah ada masihkah kau menyebut namaNya
Bisakah kita semua benar-benar sujud sepenuh hati
Karena sungguh memang Dia
Memang pantas disembah
Memang pantas dipuja
(Lirik Jika Surga dan Neraka tak Pernah Ada by Chrisye dan Ahmad Dani)
Apakah kita masih melakukan sesuatu dengan alasan (karena oh karena)? Bekerja hanya untuk mendapatkan uang, berbuat baik untuk mendapatkan pujian, dan melakukan hal lainnya dengan tujuan-tujuan tertentu. Percayalah, itu semua akan sangat melelahkan. Ketika sudah lelah bekerja dan penghasilannya hanya sedikit, apa yang kita rasakan? Frustasi dan kekecewaan yang berujung dengan stres. Lalu ketika kita berbuat baik, namun tidak ada yang menghargai, apa yang kita rasakan? Lagi-lagi kekecewaan karena hal mendasar yang dibutuhkan manusia adalah perasaan ingin dihargai.
Inilah yang akan kita alami jika melakukan sesuatu dengan alasan tertentu pula. Lalu apa yang harus kita lakukan? Berhenti bekerja dan berbuat baik. Itu bukan satu-satunya pilihan, yakinlah ada jalan lain yang membuat kita merasakan kedamaian yang didambakan setiap orang pastinya.
Sejenak mengulang masa lalu, ketika ibunda memanggil, “Nak, ayo mandi.” Kita masih acuh tak acuh atau bahkan tidak peduli sama sekali karena lagi asyik bermain dengan kawan-kawan. Lalu datang si ibu membisikkan kata-mautnya, “Nak, mandi yuk. Ntar mama beliin Lolipop. Mau gak?” Buru-buru kita berlari untuk mandi.
Kedewasaan mengajarkan kita banyak hal. Tapi kenapa masih ada di antara kita yang masih harus diimingi dengan surga dan ditakuti dengan neraka untuk melakukan kebaikan? Seperti anak kecil tadi mungkin, ironisnya kita bukan anak kecil lagi. Sekarang, apakah kita masih di sogok dengan Lolipop untuk mandi? Anda tersenyum membacanya karena ini hal yang sedikit konyol.
Dulu waktu kecil, mungkin kita masih belum mengerti apa sebenarnya manfaat mandi, makanya harus dipaksa dulu, baru nurut untuk mandi. Sekarang, saya sangat yakin, ketika ada yang melarang anda mandi, pasti anda akan protes, mandi kok dilarang. Itu tandanya kita sudah mengerti kenapa suatu perbuatan itu harus kita lakukan.
Ketika surga dan neraka tak ada, ini bukan masalah bagi orang yang telah mengerti. Surga hanyalah bonus bagi mereka yang taat kepadaNya. Tujuan utamanya adalah ridha dariNya. Sadar akan tugas sebagai makhluk yang diciptakan untuk menikmati dunia ini yang fana dengan tujuan keabadian yang telah dijanjikanNya.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Fauziah Humaira sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.