HR. Bukhari : "Berhati-hatilah dengan buruk sangka. Sesungguhnya buruk sangka adalah ucapan yang paling bodoh."
|
Jum'at, 10 April 2009 pukul 17:10 WIB
Penulis : Aini Mardiyah
"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling cinta mencintai, saling kasih mengasihi, saling membantu, laksana satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya merasa sakit, maka seluruh anggota tubuhnya turut merasakan sakit, seperti demam atau tak bisa tidur." (HR. Bukhari Muslim).
Sahabat, sebuah perjalanan kecil telah kita lewati, dan masih teramat jauh jalan yang harus kita tapaki. Jalan ini, jalan yang kita pilih bersama dengan janji sampai mati. Jalan ini, jalan yang kita tapaki bersama sebagai bakti kepada ILLAHI.
Sahabat, ada kalanya kita harus melewati lorong sempit, hingga rasa sesak menyelimuti dada ini. Ada kalanya jalan berlumpur harus kita lewati, hingga kita harus berhenti sejenak membersihkan diri. Ada kalanya kita harus melewati lorong gelap dan sunyi, hingga kita rindu cahaya lilin untuk menerangi. Ada kalanya kita harus melewati semak nan penuh duri, hingga kita harus waspada menginjakkan kaki. Ada kalanya hadir rasa ragu di hati, akankah jalan ini bertepi?
Sahabat, sepenggal episode hidup telah kita lakoni. Suka duka datang silih berganti. Harta, tenaga, dan karya telah kita persembahkan sebagai bukti. Namun, apa yang kita lakukan sungguh tidak berarti, dibandingkan nikmatNya yang mengalir tiada henti. Akankah kita berhenti ketika cobaan kita temui yang hakikatnya membuat kita makin teruji?
Ya... Cobaan itu yang membuat sedikit konflik di antara kita. Kita yang saling egois dengan keinginannya masing-masing. Kita yang saling tak merasakan perasaan sahabat kita yang lain. Merasa diri paling benar dan paling berjasa. Hilang rasa empati hingga membuat kita saling berburuk sangka. Sakit hati pun dirasa, cerita indah tentang ukhuwah hanya menjadi khayalan belaka.
Sahabat, mengapa kita tidak biasakan saja untuk bertanya pada diri kita, "Ini demi siapa?" Sebelum kita melangkah dan melakukan sesuatu. Paling tidak, itu salah satu jalan untuk kita agar senantiasa memelihara diri. Sudah lebih mementingkan maslahat orang banyakkah, atau kita lebih mementingkan maslahat diri sendiri?
Sahabat, mari kita saling instropeksi, berbenah diri. Apa yang kita alami demi sahabat kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan mempunyai nilai yang indah. Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah. Namun, demi siapakah ini semua kita lakukan? Sesungguhnya masing-masing kita telah tahu jawabannya.
Sahabat, teruslah berjalan menapaki jalan ini. Jangan berhenti apalagi berbalik. Ridha ILLAHI kan kita raih. Janji Allah datang nan pasti. Sungguh tak lama lagi kita akan mengetahui kebenaran janji ILLAHI.
Wallahu a'lam bishshawab.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Aini Mardiyah sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.