QS. An-Nahl : 97 : "Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan."
|
http://jamilazzaini.com | |
http://facebook.com/jamilazzaini | |
http://twitter.com/jamilazzaini |
Sabtu, 5 Oktober 2013 pukul 22:00 WIB
Penulis : Jamil Azzaini
Pada tulisan kemarin, sudah dibahas pondasi pertama dan kedua. Sekarang kita lanjutkan dengan pondasi ketiga, yakni menghidupkan semangat to give, bukan to get. Caranya, masing-masing pihak mengedepankan pertanyaan apa yang bisa saya berikan, bukan apa yang bisa saya dapatkan.
Saya pernah merasakan kehidupan yang gelisah dan tak bahagia. Apa sebabnya? Karena saya melupakan pilar yang ketiga ini. Saat itu saya lebih sering bertanya, “Kok, istri saya kurang perhatian kepada saya ya? Padahal, saya sudah banyak memberi yang ia butuhkan. Mengapa istri saya tak mau memahami perasaan saya? Padahal, saya selalu berusaha memahaminya.”
Perasaan gelisah dan tak bahagia perlahan pergi saat saya kembali kepada pondasi ketiga ini. Memberikan sesuatu kepada pasangan hidup itu adalah kenikmatan, pahalanyapun dijanjikan berlimpah. Namun, ingatlah, pemberian itu bukan untuk kita kenang, apalagi untuk disebut-sebut di berbagai kesempatan. Ketidakharmonisan dan ketidakpuasan dalam keluarga diawali dari kebiasaan kita menghitung-hitung pemberian.
Sebaliknya, apa yang kita terima dari pasangan hidup, kenanglah. Kita perlu membiasakan diri memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih sekecil apapun pemberian itu. Saya merasakan semakin sering saya mensyukuri karunia yang saya dapatkan dari istri, ternyata cinta kasih dan perhatian yang saya dapat justru semakin berlipat.
Pondasi keempat, suami adalah pakaian bagi istri dan istri adalah pakaian bagi suami. Fungsi pakaian adalah melindungi dan memperindah. Sebagai suami, kita harus menutupi kelemahan dan kekurangan istri. Begitu juga sebaliknya, seorang istri tidak boleh mengumbar cerita tentang kekurangan dan kelemahan suami meski kepada saudara kandung sekalipun.
Adapun memperindah, itu bermakna kita perlu mendukung pasangan hidup agar potensi terbaiknya muncul dan dioptimalkan. Saya sangat menyadari bahwa percepatan-percepatan keberhasilan hidup yang saya nikmati dikarenakan peran besar istri saya. Tanpa peran istri, kehidupan saya tidak akan sebaik saat ini.
Keluarga saya bukanlah keluarga yang terbaik. Namun dengan empat pondasi ini, kami mampu menghadapi konflik dan perbedaan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang kami jalani.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Jamil Azzaini sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.