QS. Al-'Ankabuut : 64 : "Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui."
Alamat Akun
http://aishliz.kotasantri.com
Bergabung
8 Februari 2009 pukul 13:00 WIB
Domisili
Matsudo - Chiba
Pekerjaan
Guru
http://aishliz.multiply.com
http://friendster.com/http://friendster.com/aishliz
Tulisan Lizsa Lainnya
Batagor & Pangsit Goreng Bumbu Kacang
16 Agustus 2009 pukul 20:00 WIB
Jam Karet, Bukan untuk Dimaklumi
28 Juli 2009 pukul 16:30 WIB
Amanah
15 Juli 2009 pukul 16:00 WIB
Taiyaki (Kudapan Jepang)
5 Juli 2009 pukul 20:34 WIB
Pelangi
Pelangi » Keluarga

Sabtu, 22 Agustus 2009 pukul 17:30 WIB

Belanja Hemat Ala Ibu Rumah Tangga Jepang

Penulis : Lizsa Anggraeny

Tinggal di Jepang? Yang pertama kali terbayang adalah tingginya biaya hidup, di samping bunga sakura indah tentunya. Hal ini sejalan dengan adanya kualitas pendidikan, transportasi, rekreasi, serta kesehatan dengan pelayanan bermutu yang mengakibatkan standar hidup di Jepang tinggi. Meski mungkin perbandingan pendapatan gaji di Jepang lebih besar dari Indonesia, dengan kondisi standar hidup tinggi, tetap saja hidup di Jepang terasa serba mahal.

Menurut data statistik yang dikeluarkan tenaga kerja Jepang, kebutuhan biaya hidup standar per bulan satu keluarga inti (ayah, ibu, anak) adalah sebesar 200.000 yen. Penghasilan rata-rata terendah per tahun pegawai tetap Jepang adalah 2.660.000 yen atau sekitar 221.666 yen per bulan. Sedangkan pegawai tak tetap (paruh waktu atau sambilan) bisa lebih rendah dari rata-rata, tergantung berapa jam hitungan kerja.

Mengatasi dengan biaya hidup yang tinggi, tak jarang setiap keluarga memiliki berbagai tehnik untuk mengatasinya. Di kalangan para ibu rumah tangga Jepang, istilah setsuyaku (penghematan) sepetinya sudah tidak asing lagi. Berbagai trik setsuyaku, menjadi satu tren yang tidak hanya populer di kalangan para ibu rumah tangga dari ekonomi menengah ke bawah, pun demikian di kalangan ibu rumah tangga ke atas. Berbagai buku tentang setsuyaku menjadi asupan laris manis.

Salah satu trik hemat mengatasi biaya hidup tinggi adalah belanja hemat. Siapa pun, dari kelas mana pun, pasti seorang ibu rumah tangga tak akan lepas dari rutinitas belanja. Baik belanja bulanan, harian, shopping, atau sekedar jajan cemilan kecil. Menilik kegiatan belanja yang telah menjadi rutinitas, muncullah beberapa trik praktis belanja hemat bagi para ibu rumah tangga. Yang mungkin bagi sebagian ibu rumah tangga Jepang, trik ini sudah tidak asing lagi.

***

1. Menggunakan Eco Bag

Eco bag adalah kependekan dari economy bag. Merupakan tas ekonomis yang biasanya dibawa saat berbelanja. Terkadang disebut juga "mybukuro". Tas milik pribadi dengan bentuk dan ukurannya bebas. Dengan membawa eco bag, supermarket (tempat belanja) tidak akan memberikan kantong plastik pada si pembeli untuk memasukan belanjaan yang sudah dibeli.

Keuntungan dari pihak penjual dengan adanya eco bag, mereka dapat menghemat pemberian kantong plastik belanja pada pembeli. Sedangkan keuntungan bagi pembeli, dengan membawa eco bag, akan mendapatkan potongan harga 5-10% untuk total pembelanjaan. Keuntungan lain adalah ramah lingkungan. Dengan mempunyai eco bag, berarti membantu lingkungan untuk dapat mengurangi sampah plastik yang sulit diurai.

Umumnya, sistem eco bag ini berlaku bagi supermarket besar atau supermarket yang memiliki cabang di berbagai pelosok. Sedangkan supermarket kecil, baru sebagian saja yang mulai menerapkan penghematan dengan cara eco bag.

Catatan : Gaya hidup belanja di supermarket bukanlah hal yang mewah untuk ukuran Jepang. Berbeda dengan Indonesia yang banyak menyediakan pasar tradisional, namun tidak demikian dengan Jepang. Secara umum, pusat perbelanjaan sayur mayur, daging (kecuali daging halal), bumbu, cemilan, dan berbagai aktivitas pasar lainnya dilakukan di supermarket.

***

2. Melihat Pamflet

Pamflet atau istilah Jepagnya "Chirasi" dapat diperoleh di selipan koran (jika berlangganan koran) atau dapat diambil di setiap supermarket. Pamplet ini biasanya dicetak seminggu sekali. Yang di dalamnya tertulis barang-barang murah atau diskon harga pada hari-hari yang telah ditentukan.

Selain harga murah dan diskon, kadang dalam pamflet pun disediakan kupon. Misalnya saja kupon untuk mendapatkan 1 pak telur gratis bagi 50 orang yang pertama belanja, kupon mendapatkan beras gratis jika terkumpul 5 kupon, dan lain-lain.

***

3. Menggunakan Point Card

Sesuai dengan kata, point card adalah kartu poin. Jika sering berbenja ke satu supermarket (tempat) belanja, tanyakan apakah tersedia point card atau tidak. Dengan menggunakan kartu tersebut, poin berbelanja kita akan bertambah.

Biasanya poin tersebut akan berupa stempel pada satu kertas. Jika kolom pada kertas tersebut terisi penuh dengan stampel (poin), maka pembeli akan mendapatkan beberapa diskon. Di antaranya tiket belanja dari mulai 500 yen (tergantung banyaknya poin), potongan harga, atau mendapatkan barang tertentu. Atau dapat juga berupa kartu seperti kartu kredit. Setiap transaksi pembelanjaan kita menunjukkan kartu tersebut, untuk diproses pertambahan poinnya.

Yang perlu diperhatikan adalah, jenis point card itu sendiri. Karena point card terbagi dalam dua jenis, yaitu point card gratis dan point card bayar. Sebaiknya pilih point card gratis dan tinggalkan point card yang dikenakan biaya bulanan/pertahun.

***

4. Sales Time

Gunakan waktu-waktu sales, ketika barang diobral atau harga turun. Untuk makanan mentah seperti ikan, tahu, sayuran, biasanya sales time dilakukan selepas jam 17.00 sore. Harga sales akan dikenakan potongan kira-kira 10-70%. Yang perlu diperhatikan adalah batas kadaluarsa makanan. Makanan dengan harga sales, umumnya mendekati batas kadaluarsa.

Sedangkan untuk baju, peralatan rumah tangga, sales time biasanya dilakukan saat awal pergantian musim atau akhir pergantian musim. Disesuaikan kebutuhan pangsa pasar saat menjalani musim tersebut.

Ada yang menarik saat sales time ini, khususnya untuk makanan. Beberapa supermarket terkadang menetapkan sistem "tsumehoudai" (membungkus sepuasnya). Misalnya untuk paprika dengan harga 100 yen, yang biasanya satu bungkus bisa hanya mendapatkan 5 buah, dengan sistem tsumehoudai kita bisa mendapatkan jumlah sepuasnya. Banyaknya jumlah, tergantung plastik yang disediakan si penjual dan teknik kita menyusun paprika tersebut agar masuk banyak dalam satu plastik.

***

5. 100 Yen Shop dan 99 Yen Shop

Sesuai angka nominal yang tertera, di Jepang tersedia toko yang seluruh barangnya seharga 100 yen atau 99 yen. Harga tersebut sangat membantu sekali, terutama jika di supermarket biasa terjual dengan harga di atas 100, di toko tersebut, barang dengan merek sama dapat dibeli dengan harga 100 atau pun 99 yen.

Bahkan di beberapa daerah, misalnya Funabashi Chiba, terdapat 100 Yen Shop terlengkap dengan bangunan 7 lantai. Dimana seluruh barang yang tersedia di sini, dari mulai perlengkapan rumah tangga, baju, buku, makanan, minuman, sebagian besar seharga 100 yen.

Barang (peralatan) ruamah tangga yang tersedia di toko ini, umumnya sebagian besar diimpor dari China, Vietnam, atau pun Filipina. Meski ada pula barang produk dalam negeri Jepang sendiri, walau jumlahnya sedikit.

***

6. Flea Market

Jika memiliki waktu luang dan kebetulan ada, sempatkan mampir dan berjalan-jalan di flea market. Tidak seperti pasar loak di Indonesia, pasar loak (flea market) di Jepang umumnya dilaksanakan di tempat bersih dengan barang-barang masih terlihat baik dan terjaga mutunya.

Harga barang di flea market umunya relatif murah. Misalnya saja buku cergam anak yang di toko bisa mencapai 2.000 yen, di flea market akan menjadi berkisar mulai dari 100 yen (terkantung kondisi).

***

Di atas semuanya, yang paling penting diperhatikan untuk belanja hemat adalah kesadaran hanya membeli barang yang benar-benar dibutuhkan. Terkadang dengan adanya harga murah, tanpa terasa tangan tergiur membeli barang-barang yang sebetulnya tidak begitu diperlukan. Akibatnya, barang menumpuk hingga bingung yang mana harus dikonsumsi terlebih dahulu karena terlalu banyak. Bukannya hemat, malah mubadzir nantinya.

Dan yang terpenting lagi, jangan merasa betah berada di supermarket (tempat belanja). Khawatir dompet makin menipis, borong sana borong sini, tergiur ini tergiur itu.

http://aishliz.multiply.com

Suka

Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Lizsa Anggraeny sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.

Achmad Husaery | swasta
Alhamdulillah, dengan adanya KotaSantri.com kita bisa melakukan Introspeksi diri.
KotaSantri.com © 2002 - 2023
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.0614 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels