Umar bin Khattab : "Kebajikan yang ringan adalah menunjukkan muka berseri-seri dan mengucapkan kata-kata yang lemah lembut."
|
Kamis, 29 April 2010 pukul 17:40 WIB
Penulis : Yanti
Aku masih duduk di sajadahku ketika orang-orang telah meninggalkan masjid ini, pun ketika beberapa lampu mulai dimatikan. Kutatap beberapa ayat Al-Qur'an yang tertulis rapi menghias ruang dalam masjid. Ada getaran halus di hatiku yang entah dari mana asalnya tiap kali aku menatap lingkaran kecil di dinding yang bertuliskan 'Allah'. Aku duduk bersimpuh, kutatap namaNya dan aku mulai merenungi diriku.
Tentang apa yang kuperbuat, apa yang kukatakan, tentang apa yang kupikirkan, dan tentang apa yang kurasakan. Tak dapat lagi kutahan derai air mata yang mulai merembes di pipiku, aku sendiri bingung kenapa? Yang kutahu saat ini, aku hanya ingin menangis, menangis, dan terus menangis.
Aku mulai merasakan betapa hinanya aku di hadapanNya, aku yang masih memiliki berjuta kesombongan, yang masih riya' di hadapan manusia, yang masih mendustakan nikmatNya, dan entah apa lagi yang kupikirkan. Aku benar-benar hina di hadapanNya.
Aku mulai bertanya pada diriku sendiri, mengapa aku ke mari? Mengapa aku bersujud padaNya? Mengapa aku meninggalkan laranganNya? Dan mengapa aku berusaha untuk melakukan perintahNya? Adakah karena aku mencintaiNya? Atau karena yang lainnya?
Aku teringat pada surga dan neraka, aku berusaha jujur pada diriku sendiri, ternyata selama ini aku melakukan segalanya karena aku takut pada nerakaNya, karena aku rindu pada SurgaNya.
Aku menangis lagi. Ya Allah, apa yang kupikirkan selama ini, betapa egoisnya aku, yang hanya mengharap surgamu dengan ibadahku, bukankah sudah seharusnya sebagai makhluk aku menyembahMu? Bukankah sudah terlalu banyak nikmat yang Engkau berikan padaku? Dan aku kembali bertanya pada hatiku, andai surga dan neraka tidak ada, akankah aku menyembahNya? Andai surga dan neraka tidak pernah ada, akankah aku menjauhi laranganNya? Ampuni aku, Ya Rahman. Aku belum mampu menjawabnya.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Yanti sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.