QS. Al-Hujuraat : 13 : "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Alamat Akun
http://nailul.kotasantri.com
Bergabung
1 Maret 2010 pukul 15:42 WIB
Domisili
medan - sumatera utara
Pekerjaan
lagi cari kerja
http://nailulblog.blogspot.com
sipil021
sipil021
sipil021@gmail.com
Catatan
Jum'at, 5 Maret 2010 pukul 10:36 WIB
Ihhh…Rajin ya Shalatnya !!!!

Oleh nailul abror pohan

Definisi rajin di dalam KBBI" target="_blank" >http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/">KBBI online adalah
1. Suka bekerja (belajar dsb); getol; sungguh-sungguh bekerja; selalu berusaha giat: -- lah belajar supaya naik kelas;
2. Kerapkali; terus-menerus: ia -- ke masjid;

Apa jadinya bila kata rajin disandingkan dengan sesuatu yang wajib?

Wajib di dalam KBBI online adalah
1. Harus dilakukan; tidak boleh tidak dilaksanakan (ditinggalkan): seorang muslim -- salat lima kali dl sehari semalam;
2. Sudah semestinya; harus: kalau kita ingin berhasil dl usaha, kita -- berikhtiar;

Next, apa jadinya bila kata rajin disematkan dengan sesuatu yang wajib seperti shalat fardhu 5 waktu?

Fardhu di dalam wikipedia" target="_blank" >http://id.wikipedia.org/">wikipedia adalah status hukum dari suatu aktivitas yang harus/wajib dilaksanakan. Dalam, fardhu memiliki arti yang sama (sangat dekat) dengan status hukum wajib (mazhab syafi'i menyamakan fardhu dengan wajib, mazhab hanafi dan mazhab hambali memposisikan fardhu lebih tinggi dari wajib. Meninggalkan yang fardhu berarti mendapat konsekuensi dosa, sedang melaksanakannya mendapat konsekuensi kebaikan (pahala).

Di dalam situs yang sama, shalat lima waktu adalah shalat fardhu (shalat wajib) yang dilaksanakan lima kali sehari. Hukum shalat ini adalah Fardhu 'Ain, yakni wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang telah menginjak usia dewasa (pubertas), kecuali berhalangan karena sebab tertentu.

Sementara kita simpulkan berbeda kata rajin dengan wajib. Selanjutnya kita berbicara menyandingkan kata rajin dengan shalat fardhu 5 waktu.

Kembali ke judul tulisan ini ””Ihhh…Rajin ya Shalatnya !!!!.”

Sebenarnya kalimat ini tidaklah mengapa bila kita kaitkan dengan ibadah-ibadah yang tidak berkategorikan wajib atau dengan kata lain sunnah, atau dengan pemahaman yang sangat sederhana bila dikerjakan berpahala dan bila ditinggalkan tidak berdosa. Tapi apa yang jadinya bila seseorang berucap, ”Ihhh…Rajin ya Shalatnya !!!!”. Berarti ada oknum dari ummat Islam yang belum menempatkan shalat fardhu 5 waktu sebagai sesuatu yang amat sangat WAJIB sekali, mereka hanya menyematkannya hanya sebatas ”hukum” tapi tidak menghujamkannya dengan amat sangat dalam di alam sadarnya (apa mungkin perlu di hypnotherapy agar dipanggil kesadaran dari alam bawah sadarnya?).

Dengan statement rajin dari sebagian oknum tadi berarti ada saatnya kita tidak rajin, dengan kata lain ada saat-saat dimana kita meninggalkan salah satu waktu diantara 5 waktu atau bahkan seharian tidak shalat fardhu 5 waktu, itu yang terpikir oleh saya ketika mendengar kalimat ”Ihhh…Rajin ya Shalatnya !!!!.”, Naudzubillah Min Zalik. Berbeda dalam hal ibadah-ibadah sunnah, kata rajin layak disematkan padanya: ih..rajin ya shalat dhuhanya, rajin ya puasa sunnahnya, rajin ya shalat malamnya, dll.

Yuk kita sadar dengan sadar yang sepenuhnya sadar bahwa tiada alasan apa pun selain hilang akal yang meringankan kita tidak shalat fardhu 5 waktu (kita belum berbicara wajibnya shalat fardhu berjama'ah bagi lelaki dimasjid). Tiada suatu kondisi sekronis apapun yang meringankan kita untuk meninggalkannya, bahkan saat kita terbaring sakit dan tidak sanggup berdiri.

“Sholat seorang yang sedang sakit adalah sambil berdiri jika mampu. Jika tidak mampu, maka sholatlah sambil duduk. Jika ia tidak sanggup untuk sujud, maka isyaratkan saja dengan kepalanya, tetapi hendaklah sujudnya lebih rendah daripada rukuknya. Jika ia tidak mampu untuk sholat sambil duduk, maka sholatlah dengan berbaring ke sebelah kanan menghadap kiblat. Dan jika tidak mampu sambil berbaring ke sebelah kanan, maka lakukanlah sholat sambil telentang, kedua kakinya ke arah kiblat.” (HR. Daruqutni).

atau yang paling ekstrim ketika perang berkecamuk di depan mata.

”Dan apabila kamu berada di tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (shalat) besertamu dan menyandang senjata, kemudian apabila mereka (yang shalat besertamu) sujud (telah menyempurnakan serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bershalat, lalu bershalatlah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan menyandang senjata...” (QS. an-Nisa' (4) : 102)

Bagaimana bila dalam keadaan damai?

Shalat fardhu 5 waktu itu suatu yang senantiasa wajib dilakukan dalam keadaan lapang maupun sempit, susah maupun senang, sehat maupun sakit.

Shalat fardhu 5 waktu hendaknya suatu yang mendarah daging dalam aktivitas keseharian kita, bagian irama hidup kita. Shalat fardhu 5 waktu seharusnya bukan sesuatu yang WAHHHH....karena ia memang harus kita lakukan, karena ia memang kebutuhan kita, karena ia memang suatu hal yang biasa kita kerjakan, seharusnya yang WAHHHH itu ketika mampu melakukan amalan-amalan lain selain yang fardhu.

Sekali lagi sadarkan diri saya, anda, dan kita semua dengan kesadaran yang sebenar-benarnya sadar, bahwa shalat fardhu 5 waktu adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari hidup kita, sekali kita meninggalkannya maka kita telah meruntuhkan identitas kita sebagai seorang Muslim.

"Jarak yang memisahkan antara kita dan antara mereka (orang-orang kafir) adalah sholat. Maka barangsiapa yang meninggalkannya, sungguh dia telah kafir." (HR. At-Tirmidzi)

Jalan dakwah masih panjang, masih banyak yang shalatnya rajin-rajinan.

Sebagai penutup saya teringat kalimat di majalah Al-Izzah, ” kita paham bahwa segala sesuatu harus sesuai dengan fungsinya. Jika tidak maka sesuatu itu disebut rusak. Kendaraan jika tidak bisa berjalan, maka ia disebut rusak dan perlu diperbaiki. Begitu juga manusia, tatkal mereka tidak mau beribadah, maka mereka layak disebut MANUSIA RUSAK.

Eh dah azan..yuk shalat !!!

(sekedar unek-unek)

Bagikan

--- 0 Komentar ---

al falamiy | pengajar
syukran for KSC, banyak ilmu yang dapat diambil dari KSC. teman KSC dari boyolali ada gak ya?
KotaSantri.com © 2002 - 2024
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.0593 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels