Ali Bin Abi Thalib : "Nilai seseorang sesuai dengan kadar tekadnya, ketulusan sesuai dengan kadar kemanusiaannya, keberaniannya sesuai dengan kadar penolakannya terhadap perbuatan kejahatan, dan kesucian hati nuraninya sesuai dengan kadar kepekaannya akan kehormatan dirinya."
Alamat Akun
http://abisabila.kotasantri.com
Bergabung
30 Oktober 2009 pukul 19:46 WIB
Domisili
Tangerang - Banten
Pekerjaan
swasta
Seorang pembaca yang sedang belajar menulis.
http://www.abisabila.com
http://facebook.com/abi.sabila
http://twitter.com/AbiSabila
Catatan Abi Lainnya
Sesal Di Sana Tiada Berguna
28 Juni 2012 pukul 05:40 WIB
Ikhlas Sih, Tapi...
15 Juni 2012 pukul 14:54 WIB
Mendung Belum Tentu Hujan
5 Juni 2012 pukul 06:19 WIB
Yang Jauh Mendekat, Yang Dekat Menjauh
29 Mei 2012 pukul 12:22 WIB
Catatan
Selasa, 24 Juli 2012 pukul 19:55 WIB
Tahan dan Kendalikan!

Oleh Abi Sabila

Adzan maghrib baru lima menit berlalu, tapi Farid sudah menghabiskan segelas sirup cocopandan, semangkuk kolak pisang, sebatang coklat ukuran sedang dan sebungkus besar snack rasa sapi panggang sudah ada di tangan, siap menjadi santapan berikutnya.

“Tidak harus semuanya sekarang kan, Nak?” tegur Bunda yang sedari tadi memperhatikan.

Alih-alih menghentikan aksinya, remaja tanggung itu hanya tersenyum. Kan sudah waktunya berbuka, kurang lebih begitu arti seringai di wajahnya.

Tokoh Farid dalam kisah ini memang hanya fiktif belaka, tapi apa yang dilakukannya banyak ditemui di kehidupan nyata, di sekitar kita. Bahkan pelakunya bukan hanya anak-anak atau remaja, tapi juga yang sudah dewasa, usianya sudah berkali lipat dari mereka.

Puasa itu menahan, mengendalikan, bukan menunda.
Ini semestinya, tapi tidak semua begitu kenyataannya. Ketika tiba waktunya berbuka, meski makan dan minum diperbolehkan, lakukanlah dalam batas yang wajar dan normal. Puasa bukanlah sekedar menggeser waktu makan, dari siang menjadi malam. Siang berpuasa, malamnya puas-puasin. Siang ditahan-tahan, malam layaknya orang balas dendam.

Jika Farid dalam kisah ini tak mampu mengendalikan nafsu perutnya, sangat disayangkan bila ada orang yang tak mampu mengendalikan nafsu-nafsu lainnya. Siang berpuasa, tapi bermaksiat di malam harinya. Astaghfirulloh!

Puasa memang dilakukan di siang hari, tapi Ramadhan bukanlah hanya siang, termasuk juga malam. Sayang sekali jika selama dua belas jam lebih menahan lapar dan dahaga tapi ketika datang waktu berbuka, seolah lupa dengan segalanya. Seperti seorang pendendam yang bertemu setelah sekian lama menunggu. Meski diperbolehkan, tetaplah dikendalikan.

Puasa dikatakan sukses bila membawa perubahan pada sikap dan kepribadian seseorang. Bukan hanya selama sedang berpuasa, semasa bulan Ramadhan, tapi juga setelah itu, setelah berbuka dan di luar bulan Ramadhan.

Ketika puasa dijalankan sebulan penuh, seharusnya cukup untuk mendidik kita dalam menghadapi sebelas bulan berikutnya. Sangat disayangkan jika puasa tak menghasilkan apa-apa, kecuali lapar dan dahaga. Perutnya berpuasa, tapi mata, telinga, tangan, kaki dan hatinya berlaku seperti biasa, menuruti nafsu belaka. Jangankan sebelas bulan berikutnya, sehari-harinya saja tak lebih dari sekedar perubahan gaya hidup, pengalihan waktu dari siang ke malam saja. Astaghfirulloh! Sungguh, semoga kita tidak termasuk golongan yang demikian. Amin.

Mari kita jaga dan hormati bulan Ramadhan yang suci dan mulia ini. Kita manfaatkan bulan penuh barokah dan ampunan ini untuk mendidik diri kita menjadi pribadi yang taqwa. Insya Allah.

Bagikan

--- 0 Komentar ---

Lucasgoru | Karyawan Swasta
Allahu Akbar... Terus terang, KotaSantri.com lebih membuka mata hati saya tentang Islam.
KotaSantri.com © 2002 - 2023
Iklan  •  Jejaring  •  Kontak  •  Kru  •  Penulis  •  Profil  •  Sangkalan  •  Santri Peduli  •  Testimoni

Pemuatan Halaman dalam 0.0227 Detik

Tampilan Terbaik dengan Menggunakan Mozilla Firefox Versi 3.0.5 dan Resolusi 1024 x 768 Pixels