Bilik » Pena | Jum'at, 13 September 2013 pukul 23:23 WIB

Menulis seperti Pekerjaan Nabi

Penulis : Eko Prasetyo

Another world is possible. Slogan ini amat terkenal. Di kalangan para pencari beasiswa, kalimat itu cukup sakti untuk membakar semangat. Maksudnya, jalan untuk ke luar negeri sangat mungkin dan terbuka bagi siapa saja. Tidak hanya menjadi kesempatan bagi mereka yang kaya.

Hal ini diutarakan oleh Farid Muttaqin, alumnus IAIN Jakarta. Pada 2004 ia mencoba mendaftar beasiswa di International Fellowships Program (IFP). Selama proses kurang lebih enam bulan, aplikasinya diterima dan lolos. Tidak main-main, ia diberangkatkan untuk ngangsu elmu di OhioUniversity, Amerika Serikat, setelah mendapat pelatihan bahasa dan orientasi.

Mulailah ia menyapa ”dunia baru”, yakni budaya ilmiah dan membetahkan diri duduk berjam-jam untuk menyerap pelajaran serta diskusi literasi. Tentu ini tidak mudah mengingat ia sudah lama tidak merasakan atmosfer kampus sejak lulus dari IAIN pada 2000.

Pria kelahiran Brebes itu mengaku, kebiasaan menulis memang menjadi modal besar untuk sukses belajar di sebuah negara adidaya. Sebelumnya, keberhasilannya mendapat beasiswa IFP tak lepas dari keterampilannya menulis. Termasuk, poin tinggi ketika artikel-artikelnya mampu menembus media massa papan atas macam Kompas dan The Jakarta Post.

Ia percaya pada kalimat seseorang bahwa ”Menulis itu seperti pekerjaan seorang nabi yang menunggu wahyu.” Karena itu, menurut dia, menulis akhirnya juga bisa dikatakan sebagai pekerjaan spiritual.

Begitu kompleksnya pekerjaan menulis, maka seseorang akan tertantang untuk menjawab segala permasalahan dengan kritis. Artinya, menulis merupakan kegiatan yang mampu melatih berpikir secara terstruktur, menganalisis suatu peristiwa, lalu memberikan masukan dan solusinya.

Pengalaman belajar di Negeri Paman Sam membukakan matanya bahwa kaumnya nun jauh di Indonesia masih amat jauh tertinggal dalam hal literasi. Nah, ia membuktikan sendiri bahwa jalan untuk meraih suatu keinginan besar bisa dicapai lewat menulis. Tak heran, ia akhirnya memutuskan berjuang untuk menumbuhkan kegiatan cinta literasi di lingkungan santri dan pesantren.

Ia sadar betul akan ucapan terkenal Johan Wolfgang von Goethe. Yakni, ”Rebutlah saat ini apa pun yang bisa Anda lakukan atau mimpikan… Mulailah! Keberanian mengandung kegeniusan, kekuatan, dan keajaiban. Lakukan saja dan otak Anda akan mulai berputar; mulailah dan pekerjaan itu akan selesai.”

KotaSantri.com © 2002-2024