HR. Al Hakim : "Menyendiri lebih baik daripada berkawan dengan yang buruk, dan kawan bergaul yang shaleh lebih baik daripada menyendiri. Berbincang-bincang yang baik lebih baik daripada berdiam, dan berdiam adalah lebih baik daripada berbicara (ngobrol) yang buruk."
|
Jum'at, 5 April 2013 pukul 23:00 WIB
Penulis : Radinal Mukhtar Harahap
Di tulisan saya yang lalu, yaitu "Tahukah Anda Bahwa Penulis Dunia Memperoleh Ide dengan Cara Sesederhana Ini?", saya menuliskan tentang bagaimana cara penulis dunia dalam memperoleh ide. Dalam hal ini, yang saya tulis juga dalam buku "Menulis Itu Asyik Lho!", saya menuliskan;
Untuk memulai menulis, setidaknya kita harus menghilangkan terlebih dahulu hal-hal yang selama ini menakutkan, seperti; Menulis itu butuh bakat, keahlian, waktu khusus, dan lain sebagainya. Begitu pula dengan ketakutan-ketakutan akan menyalahi ejaan dan tata bahasa, pendapat orang lain, takut dikritik, dan lebih-lebih takut gagal. Itu semua harus dihilangkan!
Selanjutnya, menulislah dengan kepercayaan diri yang tinggi. Menulislah dari hal-hal kecil seperti dari pengalaman pribadi, dari cerita teman, dari ucapan orangtua atau guru, dan lain sebagainya. Mulailah dengan, meminjam perkataan Hernowo dalam bukunya "Mengikat Makna Update", seakan-akan Anda berada sendirian di muka bumi ini. Mulailah dari apa yang Anda baca dan lebih-lebih, dan ini yang paling penting, mulailah dari sekarang juga. Jangan tunggu lama-lama, nanti diambil orang!
Kemudian, hal yang saya tulis tersebut, ternyata telah dilakukan oleh beberapa penulis dunia. Berikut akan saya tulis verbatim perkataan para penulis dunia tentang menulis dari apa yang kita ketahui alias hal yang sangat sederhana sekali!
Peter Elbow mengatakan, "Tuliskan saja sesuatu. Yang paling mudah, tuliskan apapun yang melintas dalam pikiran Anda. Jika merasa buntu, Anda boleh menulis "Saya tidak tahu apa yang harus saya tulis, saya tidak tahu apa yang harus saya tulis." sebanyak yang Anda mau, atau ulangi kata terakhir tulisan Anda berkali-kali, atau hal lain. Satu-satunya syarat; jangan pernah berhenti!"
Philip Barry Osborne, penulis yang bekerja bertahun-tahun di Business Week, Time, CBS, dan juga asisten editor pengelola di Reader's Digest, mengaku bahwa ia mempercayai setiap orang itu ada jiwa penulis, karena di dalam setiap orang ada sebuah cerita. Bahkan di dalam setiap orang ada banyak cerita. Maka tulislah itu karena beberapa tulisan terbaik, yang mudah dimengerti pembaca, muncul dari semua kejadian dalam kehidupan sehari-hari kita!
Selanjutnya, marilah kita bertanya pada Chatharine Bramkamp, penulis buku Death Revokes the Offer. Ia akan menjawab bahwa, "Aku menulis mengenai apa yang kuketahui, sisi politis, sisi komersial, dan sisi lucu menjadi seorang ibu modern, yang, di era delapan puluhan, bukan sesuatu yang mudah untuk dijalani."
Kemudian, mari sejenak kita berpetualang untuk mengetahui bagaimana Malcolm Gladwell, penulis buku International best seller berjudul The Tipping Point, Blink dan Outliers. Dalam bukunya yang berjudul What the Dog Saw ia menuliskan caranya untuk mendapatkan ide. Kunci menemukan ide atau gagasan adalah meyakinkan diri sendiri bahwa semua orang dan segala hal punya cerita!
Terakhir, adalah pesan menarik dari J.K. Rowling, tentunya Anda mengenalnya sebagai penulis terkaya dunia berkat mahakarya-nya yang berjudul Harry Porter, untuk Anda yang kesusahan mencari ide. "Mulailah dengan menuliskan hal-hal yang kau ketahui. Tulislah tentang pengalaman dan perasaanmu sendiri. Karena itulah yang saya lakukan selama ini!"
***
Perkataan-perkataan penulis di atas, adalah salinan ulang atas apa yang saya telah saya tuliskan. Berikut ini, akan saya tambahkan pula beberapa perkataan dari penulis-penulis dunia lainnya!
Habiburrahman el shirazy, novelis religius terbaik Indonesia, menjabarkan bagaimana caranya memperoleh ide. "Masih berminat bisa menulis? Ada niat jadi penulis? Jika ya, tutup tulisan ini, dan segeralah menulis sekarang juga. Jangan ditunda. Mulailah sekarang juga. Tulis apa yang Anda ingin tulis!
Dan Wiliam Forrester dalam film Finding Forrester menerangkan tentang hal ini. Menulislah -pada saat awal- dengan hati. Setelah itu, perbaiki tulisan Anda dengan pikiran. Kunci pertama dalam menulis adalah bukan berpikir, melainkan mengungkapkan apa saja yang Anda rasakan.
Stephen King menambahkan, "Menulislah dengan alasan apapun asal bukan untuk meremehkan!"
***
Begitu banyak penulis besar yang mengatakan bahwa ide untuk menulis adalah setiap kejadian yang kita lalui. Namun, apakah gunanya menulis tulisan-tulisan seperti itu? Apakah memang ada orang yang mau membaca setiap kejadian yang kita lalui? Kalau orang yang mempunyai penggemar, tentulah itu berguna. Nah, bagaimana dengan yang tidak mempunyai penggemar sama sekali?
Bagi saya, setidaknya ada tiga manfaat yang bisa saya raih ketika saya menuliskan hal-hal yang paling sederhana sekalipun. Yaitu hal-hal yang saya alami dan jalani dalam kehidupan sehari-hari. Tidak penting, apakah itu berkesan bagi saya apalagi orang lain, ataupun tidak.
Pertama, saya menulis untuk menjaga semangat saya. Jamil Azzaini mengatakan bahwa tulisan-tulisan tentang apa yang telah kita raih sebelumnya, dan apa yang telah membahagiakan kita adalah sesuatu yang akan menjaga semangat kita. Begitu menarik bukan? Lantas pertanyaannya adalah, "Bagaimana kalau kita menuliskan sesuatu yang menyedihkan? Apakah akan menurunkan semangat kita?"
Tentu tidak. Di sanalah manfaat kedua, yaitu membuang segala keluh kesah dan kekesalan yang ada alias curhat. Ketika seseorang mengeluarkan keluh kesahnya, ia secara otomatis, akan membuang beban pikirannya.
Dan ketiga, ini yang saya rasa terpenting, karena mencakup dua hal di atas, adalah muhasabah diri. Sebab dengan memuhasabah diri, yaitu menuliskan apa yang telah kita lalukan, besar harapan jika itu adalah prestasi, kita dapat mempertahankan bahkan meraih yang lebih baik daripada itu. Dan jika itu adalah sebuah musibah bahkan kekalahan dan kekecewaan, kita bisa mengaca dari itu semua supaya lebih baik. Dan terbukti, dengan itu semua, hidup kita dapat berubah.
Dipersilahkan untuk menyebarkan tulisan ini dalam bentuk apa pun, asalkan tetap menjaga kode etik dengan mencantumkan Radinal Mukhtar Harahap sebagai penulisnya dan KotaSantri.com sebagai sumbernya.